Mengenang Peristiwa yang Saya Alami di Desember Bertahun Lalu
Saya pernah dibuli dengan hebat di Desember 2019, karena saat itu saya mempertanyakan kenapa setiap saya masuk mall, mendadak suaranya dikeraskan. Saat itu kebetulan natal, dan saya dianggap mengeluhkan lagu Natalnya, dan bukan suara yang dikeraskan.
Dan karena saya berhijab, dinegara dimana orang berhijab seringkali dituduh sebagai intoleran oleh para Islamophobic, maka saya langsung difitnah besar besaran. Sungguh lucu di negara yang katanya penganut muslim terbesar, tapi seorang muslim tidak bisa sama sekali bersuara. Bahkan saat dilecehkan oleh operator.
Kata rasis dan Islamophobic seperti Kadrun, bertebaran menghina hijab saya.
Bahkan sampai sekarang banyak artikel penulis murahan, yang isinya menguliahi saya dengan penjelasan yang tidak masuk akal mengenai keluhan saya. Padahal penjelasannya sederhana saja, yang di cuitkan oleh satu netizen yang saya rephrase :
"Ada kode khusus dikalangan retail shop/mall, jika ada kejadian tertentu, seperti ada pengunjung yang diduga akan mencuri, maka suara musik akan dikeraskan, agar semua sekuriti dan staf bisa memperhatikan gerak gerik orang itu"
Tidak ada satupun pegawai mall yang berani bersuara, bahkan sesama muslim tidak berani membela, sampai muncul beberapa kasus, dimana dibuktikan bahwa tidak saja pengawas CCTV bisa mengawasi satu orang di mall, BAHKAN BELAHAN DADA PUN BISA DIZOOM.
Karena sangkalan mereka yang terutama adalah: Begitu banyak orang di mall, mana mungkin satu orang hijabers bisa dikenali?
Tapi ternyata kasus yang meledak ini, dengan izin Allah, membuktikan betapa salahnya mereka.
Ternyata saya, yang saat itu bekerja sebagai Senior Interior Designer, dituduh sebagai pencuri. Dan berdasarkan kejadian yang diviralkan berulang-ulang oleh berbagai akun, banyak pengutil dan pencuri itu adalah hijabers.
Saya tidak akan mengeluhkan kalau itu hanya terjadi sesekali, tapi hal ini SERINGKALI terjadi, dan akhirnya menjawab twit rasis oleh salah satu pendukung presiden terbesar kita, saya mempertanyakan lagu natal yang dikeraskan itu.
Tidak masalah betapapun banyak hijabers yang berprestasi, yang dikenang orang adalah hal-hal viral seperti itu. Hal-hal bodoh yang kebetulan dilakukan satu dua orang hijabers.
Sehingga kita harus menerima saja saat mendapatkan hal yang dibawah standard orang lain, dibayar lebih murah, diletakkan diposisi yang lebih rendah, tidak bisa menuntut macam-macam, bahkan dicurigai sebagai pencuri.
Di negara yang katanya penganut muslim terbesar, muslim tidak bersedia membela sesama muslim, malah ikut menjatuhkan. Sebagaimana para pembuli saya. Malah menganggap hal seperti ini sekedar prank yang lucu. Padahal masa depan anak-anak perempuan mereka sendiri yang dipertaruhkan. Begitu dungu.
Dan ajaibnya, beberapa bulan setelah itu, Allah menurunkan COVID ke dunia, dan para penghuni mall tiarap. Meskipun COVID ini 100% tidak berhubungan dengan saya, tapi tidak urung saya terpesona akan ketepatan waktunya.
Sampai sekarang saya tidak lagi suka ke Mall, dan jika terpaksa saya harus ke Mall, saya akan menggunakan headphone yang sangat kedap suara. Sampai satu saat kelak, dimana Islamophobia mereda, dan hijabers diakui sebagai bagian terhormat di negara ini, dan bukan pajangan didalam pemerintahan, mungkin saya akan membuka headphone saya.
Btw, saya sangat merekomendasikan headphone JBL, bagi hijabers yang mengalami kemalangan seperti saya : Dilecehkan lewat suara, dicurigai sebagai pencuri, hanya karena berhijab.
Komentar
Posting Komentar