|
Venus/Boticelli Source : Wikimedia Common |
Perlahan-lahan, mungkin selama ratusan tahun, sekumpulan buih-buih di lautan itu terus mengumpul, menggumpal, menyatu. Buih-buih putih yang berasal dari benih Uranus yang jatuh kesamudera luas dari tubuhnya, saat Cronus putranya, berusaha membunuhnya.
Tidak peduli apapun yang terjadi, bahkan tidak saat bumi terguncang akibat perang antara Titan dan para Dewa selama sepuluh tahun, buih-buih itu terus menyatu. Sedikit demi sedikit, terbentuk suatu makhluk dewata yang luar biasa indah. Kekerasan ternyata tidak selamanya menghasilkan keburukan.
Kesadaran perlahan-lahan merasuk, menghidupkan makhluk yang indah ini. Sinar matahari membelainya, memberikannya rambut yang keemasan. Samudera luas memberikannya mata yang biru dengan sorot sedalam samudera. Buih-buih yang menjadi warna yang putih bersih dikulitnya. Gelombang lautan memberikan lekuk-lekuk menggairahkan diseluruh tubuhnya.
Aphrodite terbangun dari tidur panjangnya dari samudera, sempurna, penuh cinta. Samudera mensucikan kekejaman yang berasal dari benih ayahnya, memberikannya kekuatan untuk dapat mengendalikan cinta tanpa batas. Cinta dalam bentuk apapun yang diinginkannya. Cinta penuh perlindungan seorang ibu sampai cinta penuh gairah seorang kekasih. Kemampuan untuk memberikan cinta juga untuk menghapus cinta.
Sebuah kerang raksasa mendekat, memberikan perlindungannya pada Aphrodite dari hempasan samudera. Sementara itu Zephyr, dewa angin yang terpesona melihat kecantikan Aphrodite, memberikan nafasnya, mendorong kerang raksasa tersebut ke tepi pantai.
Semua makhluk, manusia, peri, raksasa, juga dewa dewi, terpesona melihat kecantikannya. Aphrodite sendiri tidak keberatan menerima semua kekaguman ini. Dengan anggun diterimanya mantel indah buatan tangan dari peri Chloris untuk menutupi seluruh tubuhnya yang telanjang.
Secepat kilat berita kelahiran dewi cantik yang menggairahkan ini tersebar keseluruh penjuru langit dan bumi. Sampai ke kediaman dewa-dewa di Olympus. Semua berebut mengunjungi kediaman Aphrodite.
Tidak ada makhluk yang bisa mengendalikan gairahnya saat melihat Aphrodite, tidak juga para dewa. Mereka berusaha mendapatkan Aphrodite untuk diri mereka sendiri. Tetapi dengan segera mereka sadar, Aphrodite tidak bisa dipaksa, tidak bisa dikuasai. Kekuasaan cinta ini ada ditangan Aphrodite, bukan ditangan mereka.
Tanpa henti para manusia dan dewa bisa berhenti bersaing untuk mendapatkan perhatian Aphrodite. Berlomba-lomba mereka berusaha menarik perhatiannya, bahkan sampai banyak yang melalaikan tugasnya sehingga kehidupan menjadi kacau balau. Sementara Aphrodite hanya tertawa melihat semua kebodohan mereka. Cinta memang bisa jadi sangat kejam dibalik keindahannya.
Zeus akhirnya memanggil Aphrodite ke kediamannya di Olympus. Beberapa dewa rendahan yang berdiri disekitar tahta Zeus menatap Aphrodite dengan terpesona.
“Aku baru menerima kabar buruk,” Geram Zeus. “ Lagi-lagi ada dewa yang terluka karena memperebutkanmu! Ini sudah ketiga kalinya bulan ini saja. Tidak bisakah kau memilih satu diantara mereka untuk dijadikan suamimu? Setidaknya agar mereka untuk memperebutkan dirimu!”
Aphrodite angkat bahu tidak perduli, “Bukan salahku kalau mereka tidak bisa mengendalikan diri! Lagipula hidup ini terlalu panjang dan membosankan untuk terikat dengan satu pria saja.”
“Setidaknya kendalikan dirimu untuk tidak merayu setiap kali kau butuh sesuatu dari mereka!”
“Mm... Aku tidak merayu mereka,” rajuk Aphrodite sebal,”Merekalah yang terlalu besar kepala, mengira diri mereka cukup baik untuk bisa mendapatkanku.”
“Aku tidak bisa lebih lama lagi membiarkan dunia ini kacau balau karena para dewa meninggalkan tugasnya demi mengejar-ngejarmu. Kau harus menikah atau...”
“Atau apa?” potong Aphrodite menusuk tajam, “Kau akan memaksaku? Jangan lupa, aku bisa mengeringkan hidupmu dari semua cinta dan kebahagiaan dari dunia ini. Kau pikir hidupmu sengsara karena kecemburuan Hera tidak membiarkanmu dengan bebas menebar cinta kesetiap wanita cantik yang kau temui...”
Aphrodite mengibaskan rambutnya yang indah, melanjutkan dengan kejam “ Itu tidak ada apa-apanya ketimbang saat aku selesai mengeringkan jiwamu dari semua cinta di dunia ini!”
Zeus merasakan dewa-dewa disekelilingnya gentar. Dia tidak bisa membiarkan wibawanya hancur karena diancam satu orang dewi. Dia, yang sudah melemparkan para Titan ke Tartarus jauh diperut bumi!
Zeus menarik nafas dalam-dalam, mengumpulkan segenap kekuatannya, “Aphrodite yang cantik, tentu aku tidak bisa memaksamu untuk menikahi siapapun,” Katanya dengan suara tenang dan dingin.
Aphrodite tersenyum kecil penuh kemenangan. Tetapi mendadak sinar matahari yang bercahaya terang diluar meredup, angin mulai berhembus dingin dan tajam, melenyapkan senyumnya.
“Tapi aku bisa membuat hidupmu bagai dalam neraka,” Lanjut Zeus diiringi suara angin yang mulai bergemuruh.”Apalah arti seorang dewi, tanpa ada manusia pemuja yang mendirikan kuil-kuil memberikan persembahan? Apakah kau mau hidup tanpa ada tempat berlindung? Tanpa kemewahan dan semua barang indah yang kau sukai? Apakah kau mengira,” Petir sekarang bertalu-talu diluar, “Kau bisa hidup tanpa seizinku?”
Zeus bersandar ketahtanya, “Aku tidak bisa memaksamu, tentu. Terserah padamu saja, Aphrodite. Tapi Tartarus selalu siap sedia menunggumu.”
Aphrodite memalingkan muka dengan kesal. Dia sadar gertakannya gagal. Zeus mengetahui kelemahannya terhadap kemewahan dan benda-benda yang indah.
“Kau hanya harus menikah, Aphrodite,” Suara Zeus melunak, “Tidak berarti kau harus setia pada satu lelaki saja. Kau tetap boleh menyimpan manusia mainanmu itu.”
Tentu saja Zeus tahu mengenai kekasih-kekasih rahasiaku, dengus Aphrodite dalam hati sebal. Dia mengerti, pernyataan ini sekaligus menrupakan ancaman Zeus atas keselamatan mereka.
“Baiklah, wahai Rajaku,” katanya menyerah, “Pilihlah siapa calon yang menurutmu baik bagiku, tapi keputusan akhir tetap ada ditanganku”
Zeus berusaha keras menahan dirinya dari menghembuskan nafas lega, tetapi matahari diluar kembali bersinar cerah seperti sebelumnya. “Aku akan mengirimkan mereka padamu agar nanti engkau bisa memilih satu diantara mereka. Aku pun bersedia jadi suamimu, jika kau mau.” Zeus tersenyum menggoda.
“Tidak, terimakasih Zeus. Kau memang tampan, tapi aku tidak berminat berurusan dengan istrimu yang sadis itu!”
Wah. Begitu tersebar berita Aphrodite mencari suami, gonjang-ganjinglah dunia. Semua berharap untuk bisa mendapatkan Aphrodite, bahkan manusia fana pun sempat berharap. Tapi singkat saja harapan itu punah. Bahkan dewa-dewa kelas rendahan pun kehilangan harapannya begitu Poisedon, penguasa samudera, mengumumkan keinginannya untuk mendapatkan Aphrodite.
Poisedon datang membawa kuda-kuda yang cantik, perhiasan bertahtakan mutiara terindah yang besar-besar, dengan segenap rayuan dia berusaha merayu Aphrodite. “Kau lahir dilautan, aku penguasa lautan, kita ditakdirkan untuk bersama, Aphrodite!”
Aphrodite menatap wajah Poisedon sambil berhitung-hitung didalam kepalanya. Menjadi istri penguasa lautan yang hampir setara dengan penguasa langit adalah prospek yang sangat menggiurkan. Tetapi dia juga tahu Poisedon sangat pemberang dan seringkali tidak mampu mengendalikan diri saat marah. Persis seperti samudera ditengah badai.
Aphrodite bergidik membayangkan kemarahan Poisedon atas entah apa kesalahan yang mungkin dilakukannya dimasa depan.
Berikutnya datang Dionysus, membawa banyak makanan, minuman dan tentu saja anggur dalam jumlah besar, yang bisa membuat satu kota mabuk berhari-hari jika perlu. Aphrodite cukup senang ditemani Dionysus yang periang dan mereka berpesta beberapa saat.
Aphrodite sempat berpikir bahwa, kehidupan dengan Dionysus akan sangat menyenangkan. Pesta-pesta setiap hari, tidak memikirkan kesusahan apapun. Tetapi Maenards, para peri sinting haus darah disekeliling Dionysus sangat menyebalkan dengan kefanatikannya. Betapa membosankan harus hidup dengan mereka sepanjang masa.
Begitu terus, Apollo, Helios, Zephyr, bahkan Hades silih berganti mengunjungi mereka. Selalu dengan tawaran menarik tapi juga selalu saja ada kekurangannya yang membuat Aphrodite enggan menerima mereka sebagai suami.
Sebetulnya urusan lamaran ini cukup menyenangkan bagi Aphrodite, menerima begitu banyak hadiah dan perhatian. Janji dan kedudukan yang tinggi sebagai istri berbagai dewa terkuat di Olympus. Namun ada satu hal yang mengganjal hatinya, jika dia menikah, maka dia berada dalam kekuasaan Hera, Dewi Pelindung Perkawinan, istri Zeus.
Hera memang akan bisa menghentikan banyak masalah yang diakibatkan pria yang tidak bisa mengendalikan gairahnya saat jatuh cinta pada Aphrodite. Tapi berada dalam perlindungan Hera juga berarti kedudukannya melorot lebih rendah daripada istri Zeus yang pencemburu dan pendendam itu. Dan itu tidak bisa diterima oleh harga dirinya yang tinggi.
“Kau tidak akan memilih satupun diantara kami kalau begini terus caranya,” Kata Hermes ceria. Mereka sedang berleha-leha didipan-dipan dikediaman Aphrodite. Matahari bersinar lembut dan hangat, menerobos dari jendela-jendela besar yang mengarah ke lautan Phapos.
Hermes dan Aphrodite bersahabat cukup baik. Dia menyukai karakter Hermes yang ceria dan suka iseng. Keberaniannya menggoda para dewa. Plus Hermes selalu membawa segudang gosip menarik yang dikumpulkannya saat menjalankan tugasnya menyampaikan berita kesana kemari.
Hermes pun berusaha melamar Aphrodite, tetapi tidak terlalu serius. Mereka berdua menyadari, lebih menyenangkan dan menguntungkan untuk bersahabat seperti ini saja. Pernikahan terlalu serius untuk jiwa mereka berdua yang suka kebebasan.
“Mungkin akhirnya aku akan mengundi saja dan menyerahkan pada nasib,” Sahut Aphrodite tidak acuh,”Siapapun pada akhirnya tidak ada bedanya, semua dewa sama saja, serba serius dan membosankan. Dan pada akhirnya tunduk dibawah kaki Hera dalam perkawinan”
Dia merenung menatap langit, “Untungnya Zeus tidak lagi mendesakku akhir-akhir ini. Entah kenapa. Mudah-mudahan dia melupakan ide pernikahan ini,” Aphrodite mendesah sebal.
Hermes menegakkan tubuhnya di kursi malas, dengan penuh semangat berkata, “Jadi kau belum tahu berita terakhir tentang Zeus?” Aphrodite memandangnya heran. Akhir-akhir ini dia terlalu sibuk menerima para pelamar sehingga tidak terlalu memperhatikan apa yang terjadi di seluruh penjuru dunia.
“Hera terperangkap di tahta emas!” Hermes berseru penuh semangat, terselip rasa geli dalam suaranya. “Ada seorang dewa bernama Hephaestus, yang ternyata putra Hera sendiri yang dulu dibuangnya. Dia membalas dendam dengan membuatkan sebuah tahta indah, yang ternyata merupakan jebakan. Membuat Hera terikat permanen saat dia duduk ditahta itu. Tidak ada satupun dewa, tidak juga Zeus sendiri mampu melepaskan Hera dari tahta itu!”
Aphrodite terbahak membayangkan Hera yang cantik dan angkuh, menempel dikursi. Lalu meminta Hermes menceritakan lebih detail lagi.
Dulu sekali Hera, karena kecemburuannya pada Athena, putri Zeus yang sempurna yang lahir dari tubuh Zeus sendiri, memutuskan untuk menyaingi Zeus. Dia melahirkan seorang anak tanpa suami, Hephaestus.
Sayangnya penampilan Hephaestus begitu buruk rupa dimata Hera. Wajahnya biasa saja, tidak tampan sempurna sebagaimana layaknya dewa, tidak sebanding dengan kecantikan Hera. Ditambah lagi kakinya cacat, pincang sebelah. Hera tidak mampu melihat kedalam jiwa Hephaestus yang baik hati, juga pada keterampilannya yang luar biasa. Dia menendang Hephaestus yang masih balita keluar Olympus, jatuh ke bumi. Berharap agar Hephaestus mati.
Aphrodite terpekik, “Betapa kejamnya!”
Tapi Hephaestus ternyata selamat. Para manusia menemukannya dan membesarkannya. Mencintainya seperti anak sendiri tanpa tahu asal usulnya. Bakatnya untuk membuat barang-barang yang berguna, senjata terhebat, perhiasan mewah, mesin, apapun, begitu besar sehingga dia jadi sangat terkenal.
Manusia menyukainya, karena dia dengan senang hati membagikan ilmu pengetahuannya kepada siapapun yang mau bekerja keras dan belajar.
Hasil karyanya begitu hebat, tanpa tandingan, bahkan dewa pun memesan perhiasan dan persenjataan padanya. Termasuk Hera, yang sama sekali sudah lupa pada anaknya sendiri ini. Dia memesan sebuah tahta emas yang tidak tertandingi keindahannya.
Bisa dibayangkan betapa Hephaestus bersenang-senang selama membuat tahta ini. Akhirnya dia bisa melampiaskan dendamnya, membalas perlakuan ibunya padanya.
Aphrodite tercenung mendengar cerita itu. Satu-satunya orang yang bisa melawan Hera! Sangat menarik!
Sementara itu Zeus sedang pusing tujuh keliling. Zeus dan para dewa yang lain berusaha membujuk Hephaestus untuk melepaskan Hera dari rantai yang mengikatnya ditahta yang indah itu. Mengingatkannya bahwa biar bagaimana Hera adalah ibunya sendiri.
Hera yang sudah berbulan-bulan terikat dikursi memohon, meminta maaf atas perlakuannya pada Hephaestus.
Hephaestus dengan dingin berkata, “Aku tidak punya Ibu! Tidak semenjak kau melemparkanku saat aku masih bayi keluar dari Olympus.”
Hera tersedu putus asa, dia membayangkan selamanya akan terikat disana.
Tiba-tiba suara tertawa lembut terdengar dari samping tahta itu. Aphrodite, yang penasaran dengan berita yang didengarnya tentang Hera yang terikat ditahta, dalam sekejap juga sudah hadir disana. Jemarinya menelusuri ukiran-ukiran indah sepanjang kursi tersebut, mengagumi setiap detailnya.
Sementara itu Hephaestus ternganga melihat kecantikan Aphrodite, seperti semua lelaki sebelumnya, dan semua lelaki sesudahnya kelak, dia tidak bisa menolak kecantikan Aphrodite.
Tangis Hera terhenti. Berganti rasa kesal dan malu. Berani-beraninya Aphrodite menertawakan penderitaannya. “Mau apa kau disini?”
“Oh, aku hanya penasaran, siapa dewa yang berhasil mengendalikan ratu para dewa?” Matanya beralih kepada Hephaestus yang sekarang wajahnya memerah. Tubuhnya yang gagah dan kuat akibat bertahun-tahun menempa berbagai senjata di bengkelnya, bergerak-gerak gelisah ditopang kakinya yang pincang sebelah. Kaki yang menyebabkan Hera berusaha membunuhnya saat dia masih bayi karena ketidaksempurnaan anaknya membuatnya malu.
Aphrodite terpana melihat sorot mata yang baik hati diwajah yang begitu keras Hephaestus. Bagaimana mungkin masih bisa ada kebaikan hati setelah mengalami penderitaan yang begitu dahsyat? Aphrodite sekarang merasa pasti dengan keputusan yang membawanya datang ke hadapan Hera yang sedang terikat ini.
Dia beralih ke Zeus, “Aku juga datang untuk menyampaikan keputusanku mengenai pria yang akan kupilih sebagai suamiku,”
Zeus terperangah, “Tidakkah kau pikir waktunya kurang tepat, memutuskan menikah sementara Dewi Pernikahannya sendiri terikat dikursi?” Dia melambaikan tangannya ke arah Hera yang mulai tersedu lagi.
“Aku pikir justru tepat sekali,” Senyum Aphrodite, “Karena orang yang kupilih ada disini,” Dia menatap Hephastus, “Aku memilihmu”
“A..Aku?” Hephaestus ternganga. Bahkan kalau Zeus berubah menjadi gajah dihadapannya, dia tidak akan sekaget ini.
Aphrodite menatap wajah Hephaestus yang keras, mata birunya menatap dalam-dalam mata hitam Hephaestus yang lembut, dan berkata, “ Ya, Aku memilihmu. Tentu kalau engkau bersedia menerimaku. Dan kalau engkau bersedia membebaskan ibumu. Membebaskan dirimu sendiri dari ikatan dendam yang begitu lama mengikatmu. Bersediakah engkau menjadi suamiku?”
Hephaestus terdiam. Tapi tidak lama, karena kali ini Aphrodite mengerahkan seluruh kekuatan cintanya. Begitu kuat sehingga mengalahkan dendam dihati Hephaestus terhadap Ibunya, “Ya, aku bersedia.”
--
Giitchuu deeeeh!
Komentar
Posting Komentar