|
Pixabay/Robot |
Banyak sekali perdebatan yang muncul mengenai AI yang akan menggantikan tenaga manusia seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi Artificial Intelligence (AI). Kebanyakan orang khawatir akan semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan karena akan disapu bersih oleh AI. Bahkan berkat film-film Holywood, banyak orang percaya bahwa suatu saat kelak AI akan cukup cerdas untuk menyingkirkan manusia.
AI bisa berfungsi karena sederet kode yang ditulis oleh seorang programmer (coding). Jika Robot AI bisa melakukan coding lebih baik daripada manusia, maka habis lah sudah manusia.
Saat ini cara kerja AI yang paling utama adalah melalui coding yang memerintahkan AI untuk mengenali pola-pola tertentu, lalu bereaksi sesuai dengan pola-pola tersebut berdasarkan database yang mereka miliki. Misalnya dengan mengenali pola belanja seseorang, lalu menghasilkan iklan-iklan yang disesuaikan dengan pola tersebut. Dan ini adalah pola sangat jauh lebih sederhana ketimbang manusia yang sangat kompleks.
Orang yang mengira AI akan bisa mengalahkan manusia, hanya memperhitungkan manusia dari kemampuan otot dan kemampuan analitis otaknya. Padahal manusia jauh lebih kompleks dari itu. Setiap sel dalam tubuh manusia mempunyai kemampuan unik tersendiri, yang bahkan sampai saat ini belum semuanya bisa dipahami oleh para ilmuwan.
Orang tidak mencari makan karena dia pikir dia lapar, seluruh hormon dan otot ditubuhnya bereaksi saat merasakan tidak cukup nutrisi didalam sel tubuh. Ini contoh hal yang berada diluar jangkauan AI.
Selain itu, kecerdasan artificial, tergantung pada programnya. Sedangkan kecerdasan manusia, bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana manusia itu berada. Bahkan sekalipun AI yang diprogram untuk mampu beradaptasi pada sikon yang berbeda, berdasarkan yang data yang sudah ada. Kehidupan akan membuktikan bahwa selalu akan ada hal baru yang berada diluar data tersebut.
Kemampuan ini menghasilkan berbagai aspek kemanusiaan yang tidak akan bisa ditandingi oleh AI. Setidaknya tidak di abad ini.
Kreativitas
Satu aspek kemanusiaan yang banyak orang setuju tidak bisa digantikan oleh robot AI adalah kreativitas.
Sebetulnya dalam tahap tertentu, AI bisa jadi cukup kreatif. AI bisa menciptakan lagu dan melukis. Bahkan sebuah lukisan yang dibuat oleh robot AI laku seharga $432.000 dalam lelang di Christie. Melalui metode Deep Learning dimana AI bekerja seperti neuron yang menghubungkan berbagai unsur dalam databasenya sehingga menghasilkan sebuah karya seni.
Tapi kreativitas dari sebuat AI sangat tergantung pada data base yang dimiliki oleh AI tersebut. Sedangkan kreativitas manusia bisa jadi tidak terbatas, bergantung pada rasa, yang tidak dimiliki oleh AI.
AI bisa diprogram untuk mengantisipasi selera seseorang berdasarkan apa yang sudah pernah dibelinya, misalnya. Tetapi manusia akan merasa bosan jika melakukan hal-hal yang sudah pernah dia kerjakan dan akan mencari sesuatu yang baru. Dan itulah kenapa trend bisa berubah.
Apa yang dirasa menarik sekarang, bisa jadi akan berubah dalam beberapa tahun. Apa yang dirasa bagus untuk seseorang, belum tentu bagus untuk orang lain.
Karenanya industri kreatif, adalah harapan besar untuk pencari kerja dimasa depan.
Spiritualitas
AI tidak bisa menggantikan manusia dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya. Karena,
well, AI tidak punya spirit!
Meskipun AI jika diberi database cukup akan bisa membantu manusia dalam memahami dan menjalankan konsep suatu agama. Misalnya dengan memberikan saran doa apa yang sesuai dengan suasana hati tertentu. Bahkan membuat konsep suatu agama baru yang lebih mengakomodasi kebutuhan manusia. Tapi tidak akan bisa menggantikan guru agama dan guru spritual. Karena spritual berkaitan dengan iman.
Robot tidak akan bisa diajak dalam doa bersama yang bisa menguatkan manusia. Robot tidak bisa mengantikan pendeta atau ustadz dalam membimbing umatnya untuk mendekati Tuhan. Tidak akan bisa dijadikan tempat menguatkan iman saat manusia menghadapi masalah dalam kehidupannya.
Bahkan sekalipun kepada mereka yang spiritual tapi tidak berafiliasi dengan agama manapun, diperlukan manusia lain untuk membantu memahami hubungannya dengan alam semesta dan bukannya robot.
Sosial
Orang berkata, kelak tenaga sales tidak akan lagi diperlukan untuk penjualan langsung. Semua bisa dilakukan secara online atau melalui Vending machine dan Kasir otomatis. Pasar-pasar akan diautomatisasi atau dijaga oleh robot-robot saja. Robot AI akan bisa menjual dengan lebih baik dan lebih jujur ketimbang tenaga sales yang judes dan suka berbohong. Kualitas barang pun akan lebih bisa dipercaya, karena robot akan berkata apa adanya.
Mckinsey Global Institute menyatakan bahwa, 53% dari kegiatan tenaga sales bisa diautomatisasi sehingga penggunaan tenaga penjualan bisa ditekan seiring dengan perkembangan teknologi AI. Jauh lebih murah menggunakan mesin penjual minuman, ketimbang harus menggaji orang untuk menjaga warung. Dan jauh lebih praktis, karena mesin tidak akan pernah marah-marah, bad mood dan tidak akan mengkorupsi uang.
Namun orang tidak selalu berbelanja karena butuh barangnya. Banyak Ibu-ibu yang rutin pergi kepasar untuk bersosialisasi, apakah dengan sesama pembeli maupun dengan penjualnya. Kebutuhan sosial ini yang tidak bisa digantikan oleh robot.
Robot akan bisa menyaingi manusia disaat manusia mengabaikan kelebihan sosialnya saat menjual : Bersikap galak dan tidak butuh pada pembeli, mencurangi timbangan, berbohong, atau bersikap acuh, persis seperti robot saat menjual.
Di negara-negara di mana segalanya diautomatisasi, memang segala sesuatu menjadi jauh lebih lancar, tetapi banyak orang menjadi tertekan karena kekurangan interaksi sosial yang manusiawi. Karenanya, usaha yang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan sosial merupakan peluang dalam bersaing dimasa AI nanti.
Emosional
Program AI untuk merespons kebutuhan emosional seseorang sudah ada sejak lama dibuat, misalnya aplikasi Koko, dimana orang dipersilahkan mengetik masalah emosional yang mereka hadapi, yang kemudian direspons oleh mereka yang mempunyai solusi atas masalah itu.
Memang ini berarti belum 100% AI karena masih ada intervensi manusia. Tapi dimasa depan diperkirakan dengan semakin membesarnya database maka AI akan bisa merespon secara otomatis berdasarkan data yang mereka miliki.
Ada juga sex dolls AI, yang kelak akan dijual kepada para lajang untuk menggantikan peran suami atau istri. Tidak hanya mereka akan dibuat sempurna secara fisik, tetapi akan diprogram untuk memenuhi kebutuhan emosional si pembeli.
Akan tetapi emosi manusia tidak cukup stabil dan terlalu kompleks untuk bisa dipenuhi oleh AI, dalam kondisi kritis dan unik, AI tidak akan berdaya untuk memenuhi kebutuhan emosional manusia. Hanya manusia lain yang bisa memenuhi kebutuhan emosional manusia. Lengkap dengan semua cacat dan kekurangannya.
--
Jadi selama manusia tidak meninggalkan kemanusiaannya, dia tidak akan bisa digantikan oleh AI. Sebaliknya, mereka yang bersikap seperti robot tanpa nilai kemanusiaan, bersiap-siaplah untuk ditinggalkan.
Setidaknya tidak dalam waktu dekat ini.
Komentar
Posting Komentar