Posting Terbaru

Mengenang Peristiwa yang Saya Alami di Desember Bertahun Lalu

Gambar
Saya pernah dibuli dengan hebat di Desember 2019, karena saat itu saya mempertanyakan kenapa setiap saya masuk mall, mendadak suaranya dikeraskan. Saat itu kebetulan natal, dan saya dianggap mengeluhkan lagu Natalnya, dan bukan suara yang dikeraskan. Dan karena saya berhijab, dinegara dimana orang berhijab seringkali dituduh sebagai intoleran oleh para Islamophobic, maka saya langsung difitnah besar besaran. Sungguh lucu di negara yang katanya penganut muslim terbesar, tapi seorang muslim tidak bisa sama sekali bersuara. Bahkan saat dilecehkan oleh operator. Kata rasis dan Islamophobic seperti Kadrun, bertebaran menghina hijab saya. Bahkan sampai sekarang banyak artikel penulis murahan, yang isinya menguliahi saya dengan penjelasan yang tidak masuk akal mengenai keluhan saya. Padahal penjelasannya sederhana saja, yang di cuitkan oleh satu netizen yang saya rephrase :  "Ada kode khusus dikalangan retail shop/mall, jika ada kejadian tertentu, seperti ada pengunjung yang diduga akan

Muscle dysmorphia : Para Pria Gagah yang Menderita


Pixabay/Muscle
Hampir semua wanita menyukai pria gagah yang tegap. Lihat saja reaksi emak-emak saat Jojo alias Jonathan Christie buka baju di Asian games 2018 yang lalu. Sosial Media bagai akan meledak dengan berbagai komentar dan posting yang memuji tubuh Jojo, yang memang keren, dengan perut bagaikan papan cucian saking ratanya.

Banyak pria tentu menjadi iri, dan mungkin besoknya mulai rajin nge-gym untuk menghilangkan lemak diperutnya yang bulat dan menempatkan sedikit otot di bagian lengannya supaya bahunya kelihatan lebih tegap. Juga memperbaiki pola makan yang membuat obesitas.

Hal ini normal dan justru sehat. Sangat direkomendasikan kepada kebanyakan orang, pria dan wanita. Jika dijalankan dengan serius, biasanya terjadi perubahan yang nyata yang menimbulkan pujian seperti :

Wah, kamu kurusan ya sekarang. Kelihatan lebih segar!

Perutmu sekarang rata banget, keren!


Mendadak lebih banyak wanita yang mendekati, bisa pakai baju keren, orang-orang bersikap lebih hormat, semua ini adalah efek samping dari orang-orang yang berhasil mengubah gaya hidupnya sehingga badannya terlihat lebih bagus.

Sayangnya untuk beberapa orang, pujian seperti ini menimbulkan rasa kecanduan. Dia ingin lebih dipuji lagi. Tampil lebih keren lagi. Seperti difilm-film sekarang ini, dimana pemerannya hampir semua selalu buka baju dan menampilkan otot yang hampir tanpa lemak, dengan perut sixpack, rahang yang tegas, pokoknya sempurna deh.
Pixabay/Muscle
Bahkan saat badannya sudah cukup keren, dia tetap melihat kekurangan pada tubuhnya. Ototnya yang sudah menggelembung terasa belum cukup besar, perut yang rata masih dirasa berlemak, bahkan sampai detil-detil terkecil seperti bentuk betis pun bisa dijadikan masalah. Itulah Muscular Dysmorphia.

Muscular Dysmorphia tergolong dalam Body Dysmorphia, dimana orang yang terkena penyakit mental ini selalu melihat dirinya jelek. Umumnya terjadi pada kaum pria (meskipun sesekali terjadi pada wanita). Muscular Dysmorphia yang juga dikenal sebagai Bigorexia, adalah penyakit mental dimana penderitanya merasa tidak cukup berotot dan terlalu banyak lemak meskipun sebenarnya dia sudah cukup tegap dan sehat.

Pada kaum Hawa, umumnya Body Dysmorphia bisa bermanifestasi sebagai Anoreksia, dimana orang tidak mau makan karena merasa dirinya gemuk, meskipun sebetulnya tinggal tulang. Atau seperti mereka yang merasa dirinya hitam dan jelek, meskipun dia cukup putih.

Yang membedakan antara orang yang terkena Muscular Dysmorphia dengan orang yang sekedar senang berolah raga adalah mereka yang terkena Muscular Dysmorphia sangat terobsesi dengan besaran otot mereka dan mau melakukan apa saja demi mendapatkan otot yang lebih besar, demi menghilangkan lemak yang sebetulnya hampir tidak ada. Bisa berjam-jam ngaca berkeluh kesah mengenai tubuhnya yang kurus kurang berotot.

Terkadang ada yang membandingkan dirinya sendiri dengan body builders atau aktor berotot di media massa. Menganalisa secara detail tiap otot mereka lalu membandingkan dengan dirinya sendiri.

Otot betis saya terlalu kurus, lihat orang itu, otot betisnya sempurna. 

Lengan saya memang sudah cukup berotot, tapi lihat otot bisep dan otot trisep tidak sama besarnya, kurang seimbang! 

Lihat ini, saya masih bisa mencubit kulit perut saya, betapa gemuknya saya!

Obsesi ini begitu kuat, membuat penderitanya merasa depresi bahkan sampai bunuh diri, karena terus menerus merasa benci pada diri sendiri yang tidak cukup berotot.

Mereka akan punya kebiasaan makan yang aneh, jadwal olah raga yang berlebihan, cenderung memutuskan hubungan dengan teman atau keluarga yang dianggap tidak mendukung mereka, setiap saat selalu memikirkan otot tubuh mereka dan yang paling berbahaya :Mengkonsumsi obat-obatan yang berbahaya demi membesarkan otot dan menghilangkan lemak.

Ada juga mereka yang melakukan implan otot dan sedot lemak supaya bisa kelihatan lebih keren. Ini terutama untuk bagian tubuh yang tidak bisa dikoreksi meski sudah dilatih di gym.

Kebanyakan penderita Muscular Dysmorphia ini adalah mereka yang sering mengalami bully waktu kecil, yang diejek karena penampilan mereka yang chubby. Atau mereka yang sering ditolak wanita. Juga mereka yang pernah mengalami pelecehan seksual, sehingga ingin menghilangkan identitas masalalu dirinya.

Orang luar susah sekali mengidentifikasi penderita penyakit ini, karena dimasa kini, orang masih berpendapat bahwa pria dengan tubuh tegap berotot adalah tubuh yang sehat. Dan ini dikonfirmasi oleh majalah majalah kesehatan pria, dimana selalu ditampilkan foto-foto pria yang ‘sempurna’. Jadi mana mungkin mereka itu sakit?

Tapi orang yang terkena Muscular Dysmorphia tidak akan pernah merasa sempurna, sekalipun tubuh mereka sudah persis seperti yang ada di Majalah atau seperti jagoan dalam film Hollywood. Mereka melihat ke kaca dan akan langsung melihat lemak dimana-mana. Otot yang masih kurang besar. Melihat dirinya jelek. Sungguh kasihan sekali.

Yang lebih sedih lagi adalah mereka yang secara genetik memang sulit membangun otot, mereka akan kelihatan begitu jauh dari bentuk tubuh yang mereka impikan. Mereka inilah penderita Muscular Dysmorphia yang mendapatkan konfirmasi atas apa yang mereka lihat sendiri di kaca. Kebanyakan mereka sebetulnya dimata kita terlihat cukup sehat dan tegap meski masih ada lemak sedikit.
Pixabay/Muscle

Mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam di Gym setiap hari dan, hampir selalu, mengkonsumsi Anabolic Steroid, obat yang sering digunakan atlit untuk meningkatkan performa dan volume otot mereka. Konsumsi Steroid bisa secara terang-terangan, misalnya diinjeksi langsung, ada pula yang melalui minuman atau makanan ‘kesehatan’ yang mengandung steroid.

Hasil steroid memang instan. Begitu dikonsumsi, badan terasa segar, tidak mudah capek dan lebih cepat pulih setelah berolah raga. Otot pun jauh lebih cepat terbentuk karena steroid akan memancing produksi protein dalam sel dalam jumlah lebih besar dari normal sehingga sel otot lebih cepat terbentuk. Dalam 2.5 bulan akan terbentuk 2-5 kg massa otot baru. Jumlah yang sangat besar! Tidak heran penderita Muscular Dysmorphia menyukainya.

Padahal efek samping steroid ini sangat berbahaya jika digunakan dalam jangka waktu panjang : menimbulkan kanker, kemandulan, testis mengkerut, kerusakan liver, ginjal dan gagal jantung. Belum lagi kerusakan mental : Depresi, bipolar dan mudah marah.

Kerusakan yang diakibatan steroid sifatnya permanen. Sehingga kesehatan tubuh tidak bisa dikembalikan seperti semula meski sudah berhenti dalam jangka waktu lama. Diluar kelihatan gagah, didalam ternyata rongsokan.

Sekalipun penderita tidak mengkonsumsi Steroid, Muscle Dysmorphia tetap berbahaya misalnya karena olah raga yang berlebihan. Banyak mereka terkena cedera otot dan cedera tulang belakang permanen. Mereka tidak bisa berhenti berolah raga, bahkan saat masuk rumah sakit akibat cedera, karena takut lemak muncul lagi. Takut otot-otot tubuh menghilang.

Di Indonesia saya rasa Muscular Dysmorphia belum terlalu mewabah, karena meski wanita Indonesia menyukai tubuh tegap, tapi kebanyakan justru tidak suka jika otot pria terlalu besar. Menimbulkan rasa seram, katanya. Berbeda dengan di Inggris misalnya, dimana (menurut BBC) 9 dari 10 pria yang ke gym menderita Muscular Dysmorphia atau Bigorexia.

Tetapi pengaruh TV, majalah dan Film lama-lama akan sampai juga disini. Para pria mulai terobsesi dengan penampilan mereka, sebagaimana wanita. Dan mereka yang cenderung malas olahraga dan menyukai jalan pintas, kemungkinan besar akan mencoba steroid.

Jika memang ada yang terkena penyakit ini, akan sulit menyembuhkannya sendiri. Perlu bantuan psikiater untuk mengubah pola pikir yang sudah terlanjur rusak. Yang sudah terlanjur melihat tubuh sendiri jelek. Belum lagi efek samping menghentikan penggunaan steroid yang akan membuat orang depresi.

Karenanya sebelum terjadi, kita harus mengedukasi anak-anak seperti apa tubuh yang sehat itu. Menanamkan sejak diri kemampuan menerima diri apa adanya setelah berusaha secara optimal. Juga menghindari bully terhadap anak-anak yang chubby atau terlalu kurus, sehingga dikemudian hari dia tidak terobsesi untuk menjadi ‘sempurna’

Tidak berarti kita harus menghindari olahraga dan makan sehat. Tetapi harus secukupnya, jangan mengkonsumsi obat pengurus yang seringkali terselubung dalam ‘minuman pembentuk otot’ dan konsultasikan selalu pola makan dengan ahli gizi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manga Bela Diri Jadul Favorit

Yakuza, Organisasi Kriminal yang Menjaga Etika

Seri 12 Dewa Olympus 6 : Apollo, Dewa Tampan Serba Bisa