|
Pixabay/Money |
Orang tidak mau mengakui bahwa masih banyak orang, terutama wanita, menikah demi kehidupan finansial yang lebih baik. Mereka tetap menganggap bahwa alasan utama pernikahan haruslah cinta romantis. Padahal kenyataannya, sangat banyak wanita yang menikah dan bertahan dalam pernikahan dengan alasan keamanan finansial.
Dalam penelitian pada lebih dari 27 ribu orang di Amerika yang dipublikasikan oleh sebuah tim yang terdiri dari Ilmuwan dari berbagai bidang dari UCLA, Universitas Indiana, Chapman University dan Rutgers University ditahun 2015 ditemukan bahwa hampir semua orang (74% laki-laki dan 97% wanita) menginginkan pasangan yang sudah punya pekerjaan tetap.
Lebih lanjut ditemukan bahwa kebanyakan wanita (69%) menginginkan pasangan yang memiliki penghasilan lebih dari cukup dan 61% wanita menginginkan calon pasangannya setidaknya memiliki karir yang cemerlang.
Dan pria pun cukup banyak yang menginginkan calon pasangan yang berpenghasilan besar, sekitar 47%. Jadi mereka mengharapkan sang wanita kelak bisa ikut berperan aktif dalam membiayai rumah tangga.
Penelitian ini memang tidak berarti orang hanya menikah demi uang. Tetapi bisa jadi unsur yang sangat penting ketimbang menikah demi cinta buta semata.
Di daerah Asia umumnya, termasuk Indonesia, justru lebih parah lagi. Banyak anak memasuki perkawinan dalam usia muda, demi keamanan finansial. Orangtua menyerahkan anaknya untuk dinikahi dengan harapan masa depan anaknya kelak akan terjamin. Selain itu, orang menjadi sangat takut untuk menjadi lajang. Karena lajang, terutama wanita, berarti harus berani mandiri secara finansial.
Lebih jauh dari itu, masyarakat bahkan akan menjauhi seorang lajang wanita yang secara umur sudah hampir melewati usia menikah, semata karena takut kelak dia menjadi tambahan beban finansial dalam keluarga mereka sendiri.
Ada juga yang merangkul wanita lajang dengan syarat dia harus ‘bekerja’ untuk keluarga. Ada yang dipekerjakan untuk mengurus anak-anak mereka, bisnis mereka atau orang tua mereka yang sudah jompo. Untuk menolak dan menyatakan ingin mengurus diri sendiri akan dianggap sebagai sikap yang sangat egois. Karena waktu seorang lajang dianggap tidak seberharga mereka yang sudah menikah.
Wanita yang melajang karena menjanda, mengalami perlakuan yang jauh lebih parah. Karena hampir semua wanita berpikir bahwa suaminya, sumber keamanan finansial mereka, akan direbut oleh si Janda.
Kenyataan semakin meningkatnya tingkat perceraian, yang terutama disebabkan oleh masalah finansial, sebenarnya menunjukkan dengan jelas bahwa menikah bukanlah suatu jaminan keamanan finansial. Kebanyakan wanita akhirnya tetap harus bekerja, sementara mereka juga tetap harus mengurus hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga.
Bahkan mereka yang rumah tangganya aman, tetap saja sesekali cemas lalu bertengkar saat menghadapi masalah finansial. Dari urusan kecil-kecil seperti bertengkar mengenai jatah uang bulanan untuk istri, bertengkar karena suami menghabiskan uang untuk mainan dan hobi, sampai hal-hal yang besar seperti suami terlibat hutang yang sudah menumpuk sampai harus menjual seluruh aset keluarga.
Memang orang yang menikah akan menikmati banyak bonus keuangan dalam kehidupan mereka dibanding seorang lajang. Seperti gaji yang lebih besar, dua sumber penghasilan ketimbang satu, keringanan pajak (bagi suami). Bahkan untuk hal-hal seperti diskon untuk pasangan, penawaran setengah harga untuk pasangan, semua dinikmati oleh mereka yang sudah menikah.
Tetapi tidak berarti mereka yang sudah menikah pasti terbebas dari masalah finansial. Terutama jika mereka tidak mampu mengelola keuangan mereka dengan baik
Jadi hadapi saja, menikah atau tidak, hampir semua orang akan tetap menghadapi masalah finansial dan untuk mencegahnya, wajib belajar sejak awal untuk mengelola keuangan dengan baik, hemat dan disiplin.
Khusus untuk para lajang jangan menjadikan pernikahan sebagai jalan keluar dari ketakutan finansial. Jika memang ada masalah finansial, selesaikan saja lebih dulu secara mandiri SEBELUM menikah.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para Lajang untuk bisa keluar dari ketakutan finansial. Berikut beberapa hal yang saya sarikan dari artikel Donna Freedman, seorang penasihat keuangan, dalam artikelnya
13 Ways to Beat the Single-Person Penalty
- Dari sekarang mulai berpikir bahwa hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk masalah keuangan. Jangan berpikir bahwa kelak ada Pangeran Penyelamat yang akan menyelamatkan segala masalah keuangan anda. Dengan demikian uang anda tidak akan dihamburkan sembarangan untuk hal yang tidak perlu. Bahkan jika perlu, berpikirlah bahwa anda kelak akan menanggung hidup orang lain, meskipun dalam waktu dekat kelihatannya anda akan hidup sendirian selamanya.
- Menabung untuk uang pensiun dan dana darurat. Bagus jika memang anda bekerja di perusahaan yang menjaminkan uang pensiun, seperti PNS. Jika tidak, dari sekarang, mulailah menabung, tidak peduli sesedikit apapun. Setelah 20 tahun menabung, meski sedikit akan ada uang untuk pensiun. Dana darurat disiapkan secara terpisah dari dana pensiun. Jumlahnya bisa 6 sampai 12 bulan gaji. Ini akan mengurangi rasa ketakutan finansial.
- Didik diri sendiri mengenai masalah keuangan. Ini terutama untuk menghindari tipu-tipu investasi yang bertebaran diseluruh penjuru dunia.
- Cari teman-teman yang mendukung dari segi keuangan. Bukan berarti mencari teman kaya yang bisa diporotin. Tetapi sesama teman yang punya keinginan untuk mandiri secara finansial, yang bisa saling menasihati saat diri tergoda untuk menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Juga bisa dijadikan teman join saat ada diskon setengah harga untuk pembelian kelompok. Atau menghemat biaya bensin dengan menggunakan mobil bersama-sama secara bergantian.
- Saat membeli atau mengontrak rumah, pastikan tinggal di daerah yang mendukung kehidupan sebagai lajang yang tenang. Karena tinggal didaerah yang tidak pro lajang akan membuat hidup anda selalu cemas dan khawatir. Sehingga merasa perlu untuk menunjukkan kesuksesan secara berlebihan dan ujung-ujungnya akan berbahaya untuk keuangan anda.
- Usahakan untuk tidak berhutang/mencicil apapun, termasuk hindari credit card. Sekalipun anda mampu, ini hanya akan membuat anda merasa cemas berlebihan. Jika anda terpaksa memakai credit card, bayar lunas sesegera mungkin.
- Belajar memasak. Makanan adalah salah satu pengeluaran terbesar seorang lajang jika dia memutuskan untuk membeli jadi, kecuali jika didaerah tempat tinggal anda ada warteg dan warung-warung makanan murah meriah, maka barulah akan lebih hemat jika membeli.
- Kalau sudah ada yang lama, jangan cepat-cepat diganti yang baru. Handphone, hape, baju, semua barang trendy rasanya ingin buru-buru dibeli. Ini akan menyebabkan seorang lajang susah untuk menabung. Tunggu sampai benar-benar parah, barulah tukar tambah dengan yang baru.
Dengan berbagai cara diatas, mudah-mudahan bisa mengurangi rasa ketakutan finansial sehingga tidak berpikir bahwa pernikahan yang bisa menyelamatkan keuangan kita.
Komentar
Posting Komentar