|
Marukin at Sanja Matsuri. Source Wikimedia common |
Mungkin organisasi kriminal yang paling menjaga Etika di dunia adalah
Yakuza di Jepang. Setidaknya begitulah sampai tahun 80-an. Ini karena anggota yakuza punya kode etik yang sangat ketat. Dan disiplin mereka tidak hanya terbatas kepada orang-orang didalam organisasi sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya.
Ada 4 kode etik dasar atau
Jingi, yang wajib dipatuhi oleh semua anggota Yakuza : Mereka tidak boleh menjual narkoba. Tidak boleh mencuri, termasuk tidak boleh mencopet. Tidak boleh merampok. Dan yang paling penting : tidak boleh melakukan hal-hal yang tidak bermoral seperti memperkosa dan membunuh tanpa alasan.
Hal lain yang dianggap sebagai kode etik adalah : Jangan sampai berurusan dengan pihak yang berwenang, kecuali jika terdesak. Mereka bahkan akan menghukum anggota mereka yang sembarangan mencari gara-gara sampai harus berurusan dengan polisi.
Yakuza memandang diri mereka cukup tinggi, sebagai penjaga keamanan lingkungan sosial dimana mereka berada. Jadi sebagaimana polisi, mereka akan menghukum anggota masyarakat yang mengganggu. Seperti menghukum orang yang mengotori lingkungan, atau berisik. Tetapi jika polisi melakukannya lewat jalur hukum dan pengadilan, Yakuza akan langsung memukuli sang tersangka yang dianggap bersalah pada masyarakat.
Jika ada anggota Yakuza yang melanggar kode etik ini, maka hukumannya sangat berat, mulai dari hukuman potong jari (yubitsume), dimiskinkan, diperintahkan untuk bunuh diri, atau dibunuh.
Kode etik inilah yang membuat polisi tidak bersikap terlalu keras kepada Yakuza. Bahkan hingga kini Yakuza tidak secara resmi digolongkan sebagai organisasi terlarang. Mereka hanya berurusan dengan polisi jika terdapat bukti yang jelas bahwa mereka sudah melanggar hukum.
Tentu saja Yakuza bukanlah malaikat. Mereka melakukan hal-hal yang melanggar hukum, seperti membunuh, memeras orang, melakukan penyelundupan, perjudian dan sebagainya. Mereka juga disewa oleh para konglomerat untuk menyerang saingan mereka.
Semua dilakukan dengan hati-hati jauh dari pengawasan polisi. Atau setidaknya dengan menyuap polisi agar tutup mulut. Jadi tidak ada bukti nyata atas kejahatan mereka.
Tetapi mereka beralasan bahwa mereka tidak akan membunuh orang jika tidak bersalah. Termasuk anggota Yakuza saingan mereka. Mereka tidak akan memeras orang, jika tidak ada hal jelek yang pernah dilakukan orang tersebut. Penyelundupan dan perjudian, tidak lebih dari sekedar trik bisnis. Jadi bukanlah sesuatu yang amoral.
Ada dua tipe kelompok yang merupakan dasar dari terbentuknya Yakuza pada zaman Edo (1603-1868) :
Tekiya dan
Bakuto.
Tekiya awalnya adalah mereka yang menguasai perdagangan kelas rendah. Mereka berkeliling negara mendirikan pasar kaget dengan kios-kiosnya. Menjual tetek bengek, baju murah, makanan, hiburan, sebagaimana di jalan depan pasar tanah abang. Terkadang mereka menetap di satu daerah jika mereka bisa mendapatkan kios-kios permanen.
|
Kios Tekiya. Source : Wikimedia Common |
Sistem keluarga dalam Tekiya dianggap merupakan dasar dari sistem hirarki Yakuza. Dimana ada pimpinan, yaitu Oyabun atau Kumichou, yang dianggap sebagai Ayah angkat mereka, dan anggota, Kobun, yang merupakan anak-anak angkat dari Oyabun.
Bedanya dari pebisnis biasa, biasanya anggota mereka adalah orang-orang yang tersingkir dari masyarakat, seperti residivis, mereka yang tidak berpendidikan, orang-orang kelas bawah. Barang-barang yang mereka jual tidak terjamin kualitasnya. Mereka juga terkadang melakukan intimidasi dan kekerasan untuk menjaga wilayah mereka. Serta tidak segan berbunuh-bunuhan dengan saingan mereka jika diperlukan.
Meskipun dianggap sebagai bagian dari Yakuza, para anggota Tekiya sendiri tidak suka jika disebut sebagai Yakuza yang berkonotasi negatif. Terutama karena semua bisnis mereka pada dasarnya legal. Bahkan di zaman Edo, ada Tekiya yang begitu sukses sehingga mereka diizinkan memiliki nama keluarga dan membawa pedang sebagaimana layaknya samurai.
Bakuto dilain pihak memang dari awal melakukan hal yang melanggar hukum terutama perjudian. Karena perjudian itu ilegal di Jepang. Selain itu mereka juga menjadi rentenir, meminjamkan uang dengan bunga yang sangat tinggi. Mereka inilah yang hingga sekarang memberikan warna gelap dalam nama Yakuza.
Anggota Yakuza terkenal dengan
irezumi, tato khas Yakuza yang berukuran besar. Cara pembuatan tato ini biasanya masih menggunakan cara lama menggunakan jarum khusus dan ditusukkan secara manual kedalam tubuh. Ini jauh lebih sakit daripada menggunakan mesin tato modern.
|
Irezumi by Jeff Laitila. Source : Flickr |
Fungsi tato selain melambangkan kegagahan, juga untuk sebagai tanda pengenal. Karena terkadang pembunuhan anggota yakuza begitu sadis, sampai tidak ada hanya tersisa kecuali beberapa potong bagian tubuh saja.
Konotasi negatif antara tato dengan Yakuza, membuat masyarakat Jepang masih tidak menyukai orang bertato, bahkan hingga sekarang.
--
Sejak tahun 2000 an polisi mulai bersikap keras kepada Yakuza, karena banyak diantara mereka yang melakukan hal-hal yang melanggar kode etik mereka sendiri. Terutama dalam perdagangan narkoba. Juga dengan menyerang orang-orang sipil tanpa alasan kuat.
Hal ini bahkan dianggap rendah oleh para kelompok Yakuza yang masih memegang teguh kode etik mereka. Mereka menganggap kelompok Yakuza ini tidak lebih dari mafia rendahan yang pantas ditangkap polisi. Tapi mereka pun tidak berdaya. Karena Yakuza jenis baru ini punya uang dan persenjataan lebih banyak ketimbang kelompok mereka.
Akibatnya jumlah mereka yang tadinya sekitar 80.000-an orang ditahun 60’an sekarang berkurang jauh menjadi sekitar 30.000-an saja. Banyak Yakuza berpendapat bahwa masa kejayaan mereka sudah berlalu. Perlahan-lahan seiring waktu, bisa jadi mereka akan menghilang. Digantikan oleh para penjahat biasa yang justru akan mengganggu ketentraman Jepang.
Komentar
Posting Komentar