Posting Terbaru

Mengenang Peristiwa yang Saya Alami di Desember Bertahun Lalu

Gambar
Saya pernah dibuli dengan hebat di Desember 2019, karena saat itu saya mempertanyakan kenapa setiap saya masuk mall, mendadak suaranya dikeraskan. Saat itu kebetulan natal, dan saya dianggap mengeluhkan lagu Natalnya, dan bukan suara yang dikeraskan. Dan karena saya berhijab, dinegara dimana orang berhijab seringkali dituduh sebagai intoleran oleh para Islamophobic, maka saya langsung difitnah besar besaran. Sungguh lucu di negara yang katanya penganut muslim terbesar, tapi seorang muslim tidak bisa sama sekali bersuara. Bahkan saat dilecehkan oleh operator. Kata rasis dan Islamophobic seperti Kadrun, bertebaran menghina hijab saya. Bahkan sampai sekarang banyak artikel penulis murahan, yang isinya menguliahi saya dengan penjelasan yang tidak masuk akal mengenai keluhan saya. Padahal penjelasannya sederhana saja, yang di cuitkan oleh satu netizen yang saya rephrase :  "Ada kode khusus dikalangan retail shop/mall, jika ada kejadian tertentu, seperti ada pengunjung yang diduga akan

Beda Pelit dan Hemat

Pixabay/Wallet
Satu hal yang paling ditakuti orang saat dia seharusnya berhemat adalah dikatakan, “Dasar pelit!!”

Akibatnya uang yang seharusnya ditabung, atau dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih penting akhirnya malah dihamburkan untuk membeli barang trendi yang tidak terlalu penting. Atau dipakai untuk mentraktir orang-orang yang sebentar saja sudah lupa pernah ditraktir. Atau bahkan dipinjamkan pada orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga saat ditagih malah marah-marah.

Tapi dilain pihak, ada juga orang yang memang betul-betul pelit, tapi merasa dirinya sedang berhemat. Jadi tidak merasa sungkan saat melakukan hal-hal yang memalukan karena memang keterlaluan pelitnya.

Pada dasarnya, jika itu memang uang kita, terserah kita bagaimana mau menghabiskannya. Orang yang suka berkomentar mengenai cara kita menghabiskan uang, tidak ada haknya untuk mengatur. Bahkan mereka sebetulnya tidak punya hak untuk mengkritik kita, kecuali jika dia yang memberikan uang tersebut pada kita.

Tapi kita hidup sebagai makhluk sosial. Bersikap pelit dimasa mendatang tidak akan mendatangkan kebaikan, karena meski uang menumpuk tapi kita bisa kehilangan relasi baik dengan semua orang. Padahal harta benda tidak bisa diduga masa depannya.

Bisa jadi hari ini kita punya setumpuk uang, lalu tahu-tahu besok kita sakit dan uang habis untuk berobat. Atau rumah kita kebakaran sampai semua harta kita hangus. Lalu apa yang tersisa saat semua orang sebal pada kita?
Jadi apa bedanya sikap hemat dan pelit?
Orang hemat akan membeli barang berkualitas baik, orang pelit akan membeli yang termurah.
Orang yang hemat dan pelit memang sama-sama tidak akan menghamburkan uang membeli barang terlalu banyak. Benar-benar semua barang yang dibeli untuk dipakai. Tapi orang hemat akan membeli barang yang berkualitas. Barang berkualitas baik bisa berbentuk apa saja, misalnya makanan yang sehat, sepatu yang kualitasnya bagus, sehingga tahan lama, baju yang pas dan enak dilihat.

Mereka yang pelit akan mengutamakan barang yang murah meski kualitas meragukan. Makanan yang murah, asal kenyang. Sepatu yang murahan. Baju obralan yang warnanya sebetulnya tidak cocok. Pokoknya yang penting bisa menghemat uang banyak.

Perbedaan ini akan membuat orang yang hemat akan merasa lebih senang dengan barang yang dia miliki bahkan menjadi lebih sehat, ketimbang si pelit yang terus-terusan membeli Indomie demi menghemat uang.

Orang hemat akan menawar seperlunya, orang pelit akan menawar habis-habisan
Banyak ibu-ibu suka menawar saat membeli barang. Orang pelit akan berusaha menawar bahkan saat harga sudah murah, bahkan kalau bisa digencet. Orang menjual rugi pun dia tidak peduli. Pokoknya murah!

Orang hemat akan memberikan keuntungan yang wajar kepada penjual. Pokoknya sama-sama untung. Sudah dapat harga dibawah pasaran, sudah cukup baik baginya. Hubungan baik antara pembeli dan penjual adalah hal yang akan masuk pertimbangan mereka yang hemat.

Orang hemat akan berhati-hati saat mengeluarkan uang, orang pelit takut mengeluarkan uang.
Baik orang hemat maupun pelit tidak akan mengeluarkan uang jika tidak perlu. Jika sudah ada barang serupa dirumah, dia tidak akan beli lagi yang baru sekedar untuk bersenang-senang. Tapi orang hemat akan mengeluarkan uang tanpa ragu saat diperlukan. Ini menyebabkan dia akan membeli barang berkualitas, memberikan sedekah, memberikan hadiah bagi orang yang penting bagi mereka.

Orang yang hemat akan menyelidiki terlebih dahulu perlu tidaknya mengeluarkan uang, apakah penerima sedekah atau hadiah benar-benar memerlukannya? Apakah kualitas barang ini akan memuaskan dimasa mendatang? Jadi meski uangnya terpakai, tapi tujuannya jelas.

Sedang orang pelit benar-benar bagai fobia mengeluarkan uang. Dia akan membeli barang semurah mungkin, atau kalau perlu minta gratisan. Dia tidak melihat apa untungnya memberi sedekah atau hadiah pada orang. Dia hanya memberi, kalau melihat ada untungnya untuk dia. Dan kalaupun sampai memberi, dia akan terus mengingatkan orang tersebut agar jangan lupa untuk membalas budi baiknya ini.

Orang hemat akan bahagia, orang pelit akan selalu resah.
Ini karena orang pelit tidak akan mau menggunakan uangnya untuk hal-hal yang sebetulnya perlu bagi dirinya, padahal uangnya ada. Dia tidak akan mau membeli baju yang dia sukai, karena dia hanya peduli untuk membeli baju yang termurah. Dia tidak akan pernah menggunakan uangnya untuk bersenang-senang, bahkan tidak untuk hal yang dia sebetulnya idamkan. Dia bahkan tega merusak dirinya dengan makan-minum yang tidak sehat, semata demi menghemat uang.

Orang-orang disekitarnya pun akan merasa sebal pada orang yang terlalu pelit. Dan rasa sebal ini tentu membuat hidup si Pelit tambah tidak menyenangkan. Bisa dilihat si Pelit akan terus-terusan mengeluh betapa berat hidupnya.

Sedangkan orang hemat, akan melakukan prioritas dengan baik. Karena dia membeli barang berkualitas, sesuai dengan selera, setiap kali melihat barang tersebut dia bisa merasa bersyukur, meski jumlahnya tidak terlalu banyak. Tidak berlebihan. Karena dia tidak ragu memberi sedekah, memberi sumbangan, hadiah, saat ada kelebihan rezeki, hati pun terasa ringan. Orang-orang pun akan senang pada dirinya.
--

Kecuali jika kita ini orang super kaya raya, kebanyakan kita perlu berhemat, supaya bisa membeli barang-barang penting yang kita perlukan, misalnya rumah, mobil, pendidikan anak, pensiun dan sebagainya. Tetapi proses penghematan ini harus dilakukan dengan cerdas dan gembira, jangan sampai begitu pelit sampai menyakiti diri sendiri.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manga Bela Diri Jadul Favorit

Yakuza, Organisasi Kriminal yang Menjaga Etika

Seri 12 Dewa Olympus 6 : Apollo, Dewa Tampan Serba Bisa