|
Pixabay/Postpone |
Suka menunda-nunda ternyata bisa berbahaya untuk kesehatan kita. Sebuah studi ditahun 2015 yang dilakukan oleh Lembaga Psikologi Universitas Bishop, Canada, menyatakan bahwa, orang yang suka menunda-nunda pekerjaan cenderung mudah terkena berbagai penyakit. Mulai dari yang ringan seperti sakit kepala, flu, maag, sampai yang berat seperti penyakit Jantung dan darah tinggi.
Ini karena mereka yang suka menunda-nunda, biasanya menunda segala kegiatan yang keuntungannya baru dirasakan kemudian, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan. Selalu ada saja hal-hal lebih menarik untuk dilakukan. yang kesenangannya dirasakan secepat mungkin.
Belum lagi rasa gelisah yang ditimbulkan karena kita tahu akibat jelek dari menunda-nunda, memberikan efek psikosomatis yang akhirnya mengganggu kesehatan.
Misalnya menunda berolah raga, karena kesehatan yang diperoleh dari berolah raga baru didapatkan setelah melakukan olah raga terus menerus secara rutin. Apalagi mereka yang tidak terbiasa berolahraga biasanya badannya akan sakit pegal-pegal setelah berolah raga. Bangun pagi lebih enak langsung tidurlagi, atau bersantai-santai di tempat tidur sambil ngemil dan main medsos.
Meskipun secara sadar kita tahu bahwa kita merugi karena waktu sudah terbuang dan tidak mendapatkan rasa segar dan fit yang didapatkan dari berolah raga. Kita menunda-nunda terus. Sampai akhirnya malah batal dilakukan.
Ada beberapa alasan orang yang menunda-nunda, diantaranya :
Orang yang termotivasi tekanan yang besar
Jika diberikan pekerjaan pada orang seperti ini, bisa jadi mereka akan segera memulainya. Misalnya pekerjaan mendesain rumah yang harus diselesaikan dalam satu minggu. Mereka akan duduk didepan meja, mengumpulkan banyak referensi, dan mulai mendesain. Tetapi betapapun mereka mencoba, ide tidak datang juga. Rasanya blank.
Hari-hari berlalu, tetap saja tidak ada desain yang keluar. Akhirnya mereka mengerjakan hal-hal lain. Namun mendadak, saat sadar bahwa waktu menyerahkan desain tinggal sehari, rasa painik muncul. Timbul rasa deg-degan, darah mengalir deras ke kepala, adrenalin memacu otak untuk mengeluarkan berbagai ide yang sudah hampir seminggu tidak mau keluar. Lalu begadanglah semalam suntuk untuk menyerahkan hasil desain.
Tapi tentu hasilnya jadi tidak sempurna, karena tidak sempat dievaluasi dan direvisi.
Menghindari rasa tidak nyaman
Saya menunda-nunda pergi ke dokter gigi, karena rasanya tidak nyaman berurusan dengan urusan mencari dokter. Juga karena malas melakukan prosedur mengantri, menunggu sampai dokternya datang. Belum lagi khawatir sakit saat gigi harus dirawat.
Padahal gigi saya memang sudah sangat banyak masalah, dan rasanya mulai ngilu. Saya terus saja menunda-nunda pergi kedokter. Lebih mudah untuk tidak makan disisi gigi yang sakit ketimbang harus pergi ke dokter. Hingga suatu ketika gigi saya pecah.
Karena sudah tidak bisa mengunyah, akhirnya saya pergi juga ke dokter. Ternyata dua gigi saya sudah perlu perawatan akar gigi plus empat bolong kecil-kecil yang harus ditambal. Ampuun!
Begitulah tipe seperti ini suka menghindari hal-hal yang berguna tapi baginya tidak menyenangkan, tapi lalu kejeblos masalah yang lebih besar dan lebih tidak nyaman lagi.
Perfeksionis
Orang seperti ini menunda-nunda karena ingin semuanya serba bagus dan sempurna. Mereka merasa takut kalau sampai salah akan ditertawakan atau dimarahi jika mengambil keputusan yang salah. Bahkan secara tidak sadar mereka takut kalau sampai berhasil menyelesaikan pekerjaan, mereka akan dibebani pekerjaan yang lebih berat lagi. Lebih banyak lagi. Padahal yang ini saja sudah susah menyelesaikannya.
Misalnya mereka yang menunda-nunda menikah, karena merasa khawatir salah memilih pasangan dan terjebak selamanya dengan orang yang tidak menyenangkan. Jadi terus saja dalam pencariannya akan pasangan yang sempurna.
---
Alasan menunda yang berbeda-beda, menyebabkan solusi untuk menyembuhkan diri kita dari ‘penyakit’ menunda-nunda juga bisa berbeda untuk setiap orang. Beberapa cara dibawah ini bisa kita coba :
1. Memaafkan diri kita
Kadang kita mengalami begitu banyak masalah akibat sering menunda-nunda, sehingga kita akhirnya menyerah saja pada nasib. Berpikir bahwa semuanya sudah terlanjur dan bahwa begitulah diri kita.
Tapi jika kita memaafkan diri kita dimasa lalu, yang sudah menunda belajar sampai nilai jadi berantakan atau menunda pekerjaan sampai kepepet deadline dan hasilnya jadi tidak memuaskan, pikiran kita akan jadi lebih terbuka dan positif. Lebih optimis.
Sikap optimis akan sangat membantu terutama bagi mereka yang menunda karena menghindari rasa tidak nyaman.
2. Memvisualisasikan hasil kerja
Otak kita selalu menginginkan ‘hadiah’. Saat mendapatkan penghargaan karena suatu pekerjaan selesai, maka akan timbul rasa senang. Kita bisa memancing keinginan untuk mulai bekerja dengan menunjukkan hadiah apa yang kita dapat jika kita berhenti menunda-nunda tugas.
Agar kita berhenti menunda-nunda mencari kerja, misalnya, kita bisa mengumpulkan gambar-gambar dari majalah atau dari internet tentang target yang ingin dicapai. Misalnya gambar rumah, mobil, tas baru, dan berbagai hal yang bisa dibeli dari bekerja. Ini akan memancing reaksi dari otak kita yang menyukai reward.
Jika kita termasuk kedalam golongan orang yang tidak terlalu visual, kita bisa melakukannya dengan membuat daftar target keinginan lalu kita baca keras-keras
berulang kali. Misalnya : Kalau saya berolah raga perut saya akan rata dan saya tidak akan sakit-sakitan lagi.
3. Melakukan pekerjaan kecil yang pasti bisa diselesaikan
Menunda-nunda adalah sebuah kebiasaan. Maka untuk berhenti menunda-nunda, kita harus menggantinya dengan kebiasaan baru. Kita harus melatih diri kita agar terbiasa menyelesaikan berbagai pekerjaan tanpa menunda.
Jadi setiap hari bisa dibuat tugas-tugas tertentu yang pasti kita bisa selesaikan, bisa karena mudah atau karena hanya butuh waktu sebentar, tanpa ditunda. Tugas-tugas ini haruslah cukup menyenangkan untuk dilakukan. Misalnya kita targetkan untuk membaca dua artikel koran setiap hari. Atau targetkan berjoget-joget sepanjang satu lagu untuk berolah raga tiap hari.
Keberhasilan terus menerus akan membuat kita terbiasa untuk langsung memulai pekerjaan yang lebih berat kelak tanpa menunda-nunda. Misalnya dari dua artikel, lama-lama kita akan bisa membaca satu buku per minggu. Atau dari joget-joget akhirnya kita bisa lari pagi tiap hari, langsung begitu bangun tidur
4. Memecah pekerjaan besar menjadi bagian-bagian kecil yang singkat.
Ini juga akan membantu kita terbiasa menyelesaikan pekerjaan terus menerus, sehingga kita tidak akan merasa stress, lalu menunda-nunda.
Misalnya kita ingin mempelajari suatu lagu baru pada piano atau gitar. Kita bisa membagi satu lagu menjadi 2-3 bar saja perhari, sampai lancar. Dengan demikian hilang perasaan enggan dan ingin menunda-nunda.
Juga batasi waktunya, jangan terlalu lama. Jangan sampai muncul trauma tanpa sadar karena bekerja terlalu lama yang membuat kita kemudian menunda-nunda.
5. Rajin memberi penghargaan
Setiap kali menyelesaikan tugas, berikan penghargaan kecil pada diri kita. Sehingga lama-lama kita otomatis akan senang memulai bekerja, karena ingat nanti akan mendapatkan sesuatu yang menyenangkan.
Misalnya sepotong cokelat atau sebuah donat jika satu pekerjaan selesai. Atau sebuah baju baru jika berhasil melaksanakan diet selama satu bulan atau setelah pergi kedokter gigi.
6. Menurunkan standar
Para perfeksionis yang terus menimbang-nimbang karena menginginkan hasil yang terbaik disarankan untuk menurunkan standard keberhasilan mereka. Semata karena pilihan lainnya adalah pekerjaan yang tidak selesai, atau malah kegagalan.
Mereka yang menunda belajar karena stress, takut tidak bisa mendapat nilai A. Turunkan saja targetnya menjadi B. Sehingga bisa membuat pikiran jadi lebih optimis. Atau mereka yang menunda lari pagi karena membayangkan capek harus lari 5 kali keliling kompleks, maka turunkan saja targetnya menjadi 2 keliling.
Tapi pastikan jangan menurunkan standar terlalu jauh, sehingga malah menghilangkan motivasi untuk melakukan apapun.
7. Singkirkan semua pengalih perhatian
Saat ini pengalih perhatian utama kebanyakan orang adalah sosial media. Bunyi notifikasi bisa membuyarkan pikiran yang berusaha fokus, membuat orang enggan untuk memulai bekerja. Karenanya matikan saja hape pada jam-jam tertentu. Atau gunakan dua hape, satu untuk main medsos dan yang satu lagi untuk SMS dan telfon. Lalu pada jam-jam tertentu matikan hape yang didalamnya terdapat medsos. Bahkan jika perlu, matikan internet saat diperlukan, agar perhatian kita tidak bisa dipancing untuk sekedar mengintip email yang masuk.
Pengalih perhatian lain juga bisa berupa meja yang berantakan yang membuat kita sibuk mencari ini itu. Untuk itu meja bisa kita rapihkan, semua barang disimpan kedalam lemari atau laci sehingga yang tersisa hanyalah item yang berkaitan dengan pekerjaan kita.
--
Waktu adalah hal yang sangat berharga dan sayang sekali jika disia-siakan dengan menunda-nunda. Waktu yang sudah terlanjur terbuang memang tidak akan bisa kembali. Tetapi semoga dimasa depan kita bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin dengan langsung bekerja tanpa ada penundaan.
Selamat hari senin! ^_^
Komentar
Posting Komentar