|
Pixabay/Peter Pan |
Saat kecil, kebanyakan anak-anak tidak sabar untuk segera menjadi dewasa. Kelihatannya enak, bebas, tidak ada yang melarang atau menyuruh melakukan ini itu. Bisa pergi kemana saja, tidur jam berapa pun, tidak perlu bikin pe-er sekolah, dan sebagainya.
Tetapi saat dewasa, barulah mereka menyadari, jadi dewasa itu sangat berat. Pekerjaan menjadi jauh banyak, jika berbuat kesalahan tidak bisa minta orang tua untuk bertanggung jawab, harus tanggung sendiri. Harus bersabar, tidak boleh menangis saat keinginan tidak segera terpenuhi. Khayalan memudar, digantikan kenyataan hidup sehari hari yang sangat membosankan.
Tuntutan orang terhadap orang dewasa pun semakin bertambah. Kelakuan kekanak-kanakan semakin tidak bisa ditolerir dengan semakin bertambahnya umur. Belum lagi secara fisik tubuh orang dewasa lebih rewel. Makan terlalu banyak akan jadi buncit, lalu terkena penyakit yang berat-berat. Lebih cepat capek. Harus menjaga penampilan, jaga image. Sangat repot.
Orang tidak bisa menghindari tubuh menua, tetapi menjadi dewasa? Itu hal yang sangat berbeda. Ada beberapa orang yang menolak menjadi dewasa, meski tubuh sudah menua. Mereka ini, disebut sebagai penderita Peter Pan Syndrome.
Peter Pan adalah tokoh cerita anak-anak klasik karangan penulis Skotlandia, J.M Barrie. Seorang anak lelaki yang badung dan tidak suka diatur. Peter Pan bukan anak biasa, dia bisa terbang seperti peri dan tidak akan pernah tua, dan memang tidak ingin menjadi tua. Dia hidup bahagia dipulau Neverland, dimana dia menjadi pemimpin dari sekelompok anak lelaki yang bernama ‘Lost Boys’.
Di Neverland, Peterpan dan teman-teman sibuk bertualang dan bermain. Menghabiskan waktu yang tidak terbatas bersama berbagai makhluk fantasi seperti Peri, Putri Duyung, Perompak, dan juga terkadang bersama anak-anak dari luar Neverland yang mereka ajak bermain.
Peter Pan kemudian menjadi simbol dari mereka yang tidak senang menjadi dewasa, terutama kaum pria, meski banyak juga wanita yang mengalami ini. Istilah ini dipopulerkan oleh Dr. Dan Kiley, seorang psikoanalis, dalam bukunya The Peter Pan Syndrome : Men Who Never Grow Up.
Dalam jangka waktu pendek, kebanyakan penderita Sindom ini sangat menarik. Mereka sangat spontan, kreatif, punya daya khayal, dan pandai mencari cara bersenang-senang. Orang-orang yang hidupnya monoton, penuh kerja keras, bisa jadi tergoda oleh mereka.
Belum lagi kebanyakan Peter Pan memang adalah orang-orang yang dimasa mudanya sangat ‘priveledged’ alias bagai punya hak istimewa dalam hidup. Apakah karena dia tampan atau sangat cantik, anak manja dari keluarga kaya raya, sangat berbakat, pokoknya begitu istimewa sehingga dia tidak pernah dipaksa untuk menjadi dewasa. Tidak pernah dipaksa untuk bertanggung jawab jika melakukan kesalahan. Kita cenderung memaafkan mereka yang rupawan dan kaya raya, saat mereka melakukan hal egois dan kekanak-kanakan.
Namun waktu terus berjalan, masa muda akan berlalu, hal-hal yang dianggap kenakalan imut saat berusia 20an tahun akan menjadi sangat membosankan saat mereka mencapai usia 50 tahun. Jika kita masih berada di awal 20 an tahun, belum mendapat pekerjaan, belum menikah dan hanya bermain game dan medsos sepanjang hari, orang masih menolerir. Tetapi jika kita sudah berusia 40 tahun, orang-orang akan memandang dengan mencela.
Umur sekian masih belum menikah juga? Tidak bekerja dan hanya main-main saja? Pemalas! Begitu kurang lebih celaan mereka.
Ada beberapa ciri khas dari mereka yang menderita Peter Pan Syndrome ini :
Biasanya dia mencari ‘Wendy’ nya
Dalam cerita Peter Pan, ada seorang anak manusia normal yang bernama Wendy. Wendy adalah anak yang bertanggung jawab, dan dianggap sebagai ibu oleh anak-anak Lost Boys. Dia diminta memasak, melakukan pekerjaan rumah, dan sebagainya.
Seorang penderita Peter Pan Syndrom akan selalu mencari orang lain untuk mengambil alih tanggung jawabnya sementara dia sendiri menolak melakukan tugasnya sebagai orang dewasa. Paling sering adalah mereka tidak mau lepas dari orang tuanya, terus minta diurus.
Seorang wanita Peter Pan tidak akan terlalu terlihat oleh masyarakat, karena kita sudah terbiasa melihat suami memenuhi semua kebutuhan hidup istrinya dan pekerjaan rumah bisa dikerjakan oleh pembantu. Dia tidak akan mau dan merasa tidak mampu melakukan pekerjaan rumah sederhana sekalipun, seperti membereskan kamar tidur atau menaruh baju kedalam lemari.
Sementara Pria penderita Peter Pan akan mencari istri yang mau mencari nafkah sekaligus mengurus rumah tangga, sementara dia hanya bersantai dirumah main game atau nongkrong bersama teman-temannya. Bisa jadi dia mempunyai pekerjaan tetap, namun uangnya akan dihabiskan untuk main-main saja.
Takut berkomitmen
Bahkan sekedar perjanjian kerja sederhana saja sudah bisa membuat dia panik. Dia tidak mau bertanggung jawab atas apapun. Bagaimana kalau mendadak ada hal lain yang lebih menarik yang bisa dilakukan? Padahal sudah terlanjur berjanji.
Apalagi komitmen besar seperti pernikahan, memiliki anak, membuat perusahaan, semuanya akan membuat dia panik. Jika dipaksa untuk melakukan itu, atau mendadak melakukannya karena keinginan yang impulsif, dia akan merasa terjebak, lalu mencari gara-gara agar bisa terbebas dari komitmen itu.
Dia akan bersedia berkomitmen hanya jika dia memiliki partner yang bersedia menanggung semua kerja keras yang mungkin diperlukan kelak, sementara dia akan mengambil bagian yang menyenangkan saja. Misalnya saat punya anak, maka dia akan bermain-main dengan anak itu jika dia sedang mood, tapi pendidikan, disiplin bahkan keuangan diserahkan pada partnernya.
Tidak mampu menyelesaikan konflik
Dalam kehidupan, pastilah akan muncul konflik akibat kepentingan yang berbenturan. Kemampuan untuk menyelesaikan konflik dengan tenang sampai masalah beres tidak dimiliki oleh penderita sindrom Peter Pan.
Sejak kecil dia selalu melemparkan masalah pada orang lain, biasanya orang tuanya, atau saudara-saudaranya. Sehingga dia tidak pernah mempelajari cara untuk menyelesaikan konflik sekecil apapun.
Jika ada konflik, dia akan marah-marah bahkan menangis lalu kabur atau mengunci diri dalam kamar, berharap masalahnya selesai sendiri, atau diselesaikan oleh orang lain. Jika ada perbedaan kepentingan, maka solusinya harus sesuai dengan keinginannya sendiri. Semua orang harus menurut apa maunya dia.
Bahkan sekedar memutuskan mau makan dimana, jika dia ingin makan di restoran seafod, semua harus ikut makan disana. Tidak peduli meski semua teman makannya mungkin alergi seafood. Jika tidak, maka dia akan menolak untuk ikut pergi atau marah-marah terus sampai semua menurut.
Suka Playing Victim
Jika terjadi masalah atas dirinya, dia akan menyalahkan semua orang. Jika dia tidak mendapat pekerjaan, dia akan menyalahkan bagian HRD yang dianggapnya tidak adil, menyalahkan pemilik perusahaan yang sombong, menyalahkan orang tuanya yang tidak membelikan baju yang pantas untuk wawancara, pokoknya semua orang salah, kecuali dirinya sendiri.
Dalam pernikahan dia akan menyalahkan pasangannya dalam segala hal. Jika anak sakit, ini salah istrinya yang tidak mengurus anak dengan baik. Jika dia dipecat dari kantor, ini salah istrinya yang terlalu banyak menuntut sehingga dia tidak fokus dalam bekerja. Jika dia tidak kunjung dapat pekerjaan baru, ini pun salah istrinya yang tidak memotivasi dia dalam pekerjaan.
--
Bagi mereka yang sekarang masih menjadi Peter Pan, buatlah rencana sederhana, setidaknya supaya bisa survive dalam kehidupan tanpa bergantung pada orang lain. Temukanlah minat apa yang disukai, lalu buatlah rencana disekeliling minat itu. Lalu bekerja keraslah tanpa menyerah, meski berat, teruslah mencoba tanpa tergantung pada orang lain. Kelilingi diri dengan orang-orang dewasa yang bertanggung jawab dan tinggalkanlah teman masa kanak-kanak. Bahkan, menjauhlah dari lingkungan yang terus memanjakan.
Sebetulnya, banyak orang diam-diam ingin tetap menjadi anak kecil, yang tidak harus bekerja demikian keras, bertanggung jawab atas hal-hal yang rumit, selamanya hidup senang tanpa beban. Tapi itu tidak mungkin. Anak-anak pada akhirnya harus menjadi dewasa. Kita harus menerima ini, melepas rasa takut kita akan dunia orang dewasa dengan melihat pada sisi positif kehidupan orang dewasa.
Komentar
Posting Komentar