|
Pixabay/No Hate |
Ditahun 2008, sejumlah Ilmuwan melakukan penelitian terhadap kinerja otak dari sekelompok orang saat merasakan perasaan benci dan cinta yang kuat. Pada mereka ditunjukkan beberapa foto yang menunjukkan gambar orang-orang yang mereka sangat benci dan gambar orang-orang yang sangat mereka cintai. Lalu objek penelitian ini dihubungkan dengan MRI yang kemudian menunjukkan aktivitas dari otak mereka.
Bagian otak yang terlihat aktif saat ditunjukkan foto orang yang mereka benci adalah : Media frontal gyrus, putamen sebelah kanan, media insula, dan premotor cortex. Yang kemudian dikenal sebagai Sirkuit Kebencian (Hate Circuit).
Premotor cortex adalah bagian otak yang mengendalikan keinginan untuk menyerang secara fisik. Jadi saat melihat orang yang dibenci, badan akan menegang, otot-otot siap untuk menyerang (atau dalam dunia netizen jempol siap menyerang). Lalu Frontal gyrus, berkaitan dengan kewaspadaan yang akan memputuskan apakah kebencian ini harus ditindak lanjuti?
Satu hal yang menarik, ada bagian dari otak yaitu putamen dan insula, yang aktif disaat melihat orang yang dibenci, ternyata juga aktif saat melihat orang yang dicintai secara romantis (bukan cinta biasa seperti ibu ke anaknya). Bagian otak ini menyalakan semacam alarm pada tubuh bahwa ada sesuatu atau seseorang yang akan bisa membuat kita ‘kacau’.
Karena orang yang dicintai akan menyebabkan perasaan kita kacau balau, seperti juga orang yang kita benci. Lalu menyiapkan badan kita untuk menindaklanjuti ke’kacau’an ini. Ini mungkin yang menyebabkan orang berkata: Benci dan cinta itu beda-beda tipis.
Perbedaan terbesar kebencian dan cinta romantis adalah, saat kita mencintai, hampir semua bagian pembuat keputusan di cerebral cortex otak kita, mendadak mogok kerja, alias telmi. Kita kehilangan kemampuan menilai orang yang kita cintai secara adil. Segalanya tentang orang itu akan terlihat keren, bagus dan hampir sempurna untuk kita.
Sedangkan pada orang yang kita benci, hanya sebagian pengambil keputusan di depan otak kita (frontal cortex) yang padam. Jadi kita masih bisa menilai orang dengan keadaan dia yang sebenarnya, hanya menjadi lebih ekstrim dan tanpa pertimbangan pengampunan yang normal. Perkataan bahwa kebencian membuat logika terbang, ternyata tidak 100% benar.
Jadi saat menghadapi orang yang jatuh cinta secara romantis pada kita, kita tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikannya, sampai dia berhenti sendiri. Mungkin karena menemukan orang lain atau saat hormon cinta Oxytocin nya habis.
Sedangkan pada orang yang membenci kita,
masih ada jalan untuk memperbaiki. Kita masih bisa mempengaruhi mereka dengan mengejutkan prefrontal cortex mereka dengan kebenaran yang sangat kuat atau menggunakan orang atau media yang berpengaruh yang sangat kuat terhadap orang tersebut.
Jika kita memang mau orang tidak membenci kita, beberapa hal bisa dilakukan : Pertama kita harus bisa mengidentifikasikan, kenapa orang ini membenci kita? Apa duduk perkara sebenarnya? Lalu kita konfrontasi orang itu baik-baik, cari situasi dan kondisi yang tepat agar bisa berbicara lebih mendalam mengenai kebencian ini. Paksa agar frontal cortex dia bekerja.
Paksaan ini tidak bisa dilakukan jika kita lemah, tidak punya argumen yang kuat, tidak pandai berdebat dan tidak punya pengaruh.
Inilah kenapa orang berada dalam posisi lemah biasanya lebih rentan
dibenci dan dibuli. Mereka tidak punya kekuatan untuk 'mengejutkan'
frontal cortex para pembenci mereka. Dan tidak ada orang yang bisa
mereka minta tolong.
Jadi untuk itu, kita mungkin akan memerlukan bantuan kekuatan dari luar. Misalnya dengan meminta bantuan orang yang berkuasa atau dihormati. Pada keluarga adat tertentu, jika ada anggotanya yang saling membenci, biasanya ada tetua yang dihormati dan punya pengaruh kuat yang bisa menjelaskan dengan argumen yang bisa meredakan rasa benci lalu membuat orang berdamai kembali.
Ini juga kenapa banyak orang yang berkata :Tadinya saya membenci A atau B, tapi setelah saya betul-betul mempelajari tentang mereka, banyak berdiskusi dengan mereka secara beradab, saya malah jadi bersaudara dengan mereka.
Sedang dalam pemerintahan kita saya bertanya, apa yang dilakukan pemerintah untuk mendamaikan orang yang membenci mereka? Dengan metode apa mereka mengejutkan frontal cortex orang-orang yang membenci mereka? Apakah pemerintah kita cukup berpengaruh untuk bisa menjelaskan duduk perkara, berdialog dan menyelesaikan masalah?
Apakah tuduhan Radikal terhadap mereka yang benci pada pemerintah merupakan argumen yang logis bagi Frontal Cortex seseorang, atau malah merupakan amunisi yang malah membuat orang tambah benci karena merasa difitnah dengan tuduhan tersebut? Ingat saat orang membenci, logika sebetulnya tetap jalan meski sedikit cacat.
Tentu saja kita tidak bisa membuat semua orang senang. Bisa habis waktu kita mendebat dan mempengaruhi mereka yang membenci. Apalagi jika kita berada dalam posisi lemah sehingga tidak punya pengaruh cukup kuat untuk bisa mengubah pendapat orang. Untuk itu, yang saya sarankan : Bersabar dan menjauh saja dari pusaran kebencian itu.
Komentar
Posting Komentar