Posting Terbaru

Mengenang Peristiwa yang Saya Alami di Desember Bertahun Lalu

Gambar
Saya pernah dibuli dengan hebat di Desember 2019, karena saat itu saya mempertanyakan kenapa setiap saya masuk mall, mendadak suaranya dikeraskan. Saat itu kebetulan natal, dan saya dianggap mengeluhkan lagu Natalnya, dan bukan suara yang dikeraskan. Dan karena saya berhijab, dinegara dimana orang berhijab seringkali dituduh sebagai intoleran oleh para Islamophobic, maka saya langsung difitnah besar besaran. Sungguh lucu di negara yang katanya penganut muslim terbesar, tapi seorang muslim tidak bisa sama sekali bersuara. Bahkan saat dilecehkan oleh operator. Kata rasis dan Islamophobic seperti Kadrun, bertebaran menghina hijab saya. Bahkan sampai sekarang banyak artikel penulis murahan, yang isinya menguliahi saya dengan penjelasan yang tidak masuk akal mengenai keluhan saya. Padahal penjelasannya sederhana saja, yang di cuitkan oleh satu netizen yang saya rephrase :  "Ada kode khusus dikalangan retail shop/mall, jika ada kejadian tertentu, seperti ada pengunjung yang diduga akan

Berbagai ritual pemanggilan arwah dari seluruh Indonesia

Bambu Gila. Source Wikimedia

Di Indonesia, paham animisme yang mempercayai bahwa ada roh dalam berbagai makhluk dan benda, bahwa kelak arwah manusia tetap ada meskipun jasadnya sudah meninggal, adalah kepercayaan ribuan tahun yang tidak lenyap meski sudah masuk berbagai agama yang tidak percaya pada roh gentayangan.

Kepercayaan ini membaur menjadi tradisi yang tetap dijalankan dalam upacara upacara pemanggilan arwah tertentu dalam berbagai bentuk diseluh Indonesia. Sebagian melebur kedalam Agama yang mereka anut. Misalnya berbaur dengan agama Islam.

Tujuan pemanggilan arwah ini bisa bermacam macam. Kebanyakan sebagai bentuk penghormatan dan rasa terimakasih pada leluhur. Tapi bisa juga untuk penyembuhan penyakit. Atau mengusir roh jahat yang mengganggu. Atau bahkan untuk sekedar bersenang-senang.

Aruh Baharin, Suku Dayak, Kalimantan

Source : Kemendikbud
Aruh Baharin adalah ritual besar untuk mengungkapkan rasa terimakasih pada Yang Maha Kuasa dan Para Leluhur atas perlindungan mereka sehingga mereka memiliki prestasi tertentu. Misalnya panen yang sukses, hasil laut yang melimpah dan sebagainya.

Tidak hanya penganut Agama Kaharingan (agama tradisional Suku Dayak) yang melakukan ritual ini, mereka yang beragama Islam atau Kristen pun melakukannya sebagai penghormatan pada tradisi.

Upacara Aruh Baharin ini sangat mahal karena harus mengorbankan sejumlah kerbau, kambing dan ayam. Belum lagi masa upacara yang cukup lama, tujuh hari tujuh malam. Karenanya sekarang ini dijalankan tiga atau lima tahun sekali saja.

Dipimpin oleh pemuka adat yang disebut sebagai Balian, upacara ini terdiri dari tiga tahap. Pertama, tahap persiapan. Dimana semua penduduk bersama-sama menyiapkan semua makanan yang akan dikonsumsi sepanjang pelaksanaan upacara.

Tahap kedua adalah pemanggilan Arwah, baik arwah para raja dan leluhur, lalu penghormatan kepada para Dewa atau Yang Maha Kuasa. Balian yang memimpin upacara ini mungkin bisa sampai kesurupan seperti dikuasai roh.

Tahap ketiga barulah penyembelihan semua hewan kurban yang kemudian kembali beramai-ramai diolah, sebagian menjadi sesajian dan sebagian lagi untuk dikonsumsi beramai-ramai. Dikatakan bahwa para arwah yang dipanggil pun ikut menikmati sesajian. Sebagian sesaji kemudian dihanyutkan ke laut.

Tarian Bambu Gila, Maluku
Masyarakat asli Maluku mengenal Bambu Gila atau Bulu Gila sebagai Baramasewel. Tarian Bambu Gila, merupakan suatu permainan pemanggilan arwah kedalam sebuah bambu yang kemudian akan bergerak sendiri seperti menari. Tujuannya lebih kepada untuk sebagai hiburan.


Bambu gila. Source : Wikimedia
Meskipun hanya sebagai hiburan, tetapi Tarian ini dipercaya memiliki resiko tinggi jika dilakukan sembarangan. Karena arwah yang dipanggil untuk menggerakkan bambu bisa merasuk ketubuh manusia sehingga malah jadi kesurupan. Karenanya tarian ini haruslah dipimpin oleh seorang Pawang.

Hal pertama yang akan dilakukan adalah memilih Bambu yang akan digunakan. Lebih disukai bambu yang berdiameter 8-10 cm, cukup besar untuk dirangkul tangan orang dewasa dan panjang 3 meter, sehingga bisa dipegang oleh beberapa orang. Begitu ditebang, bambu yang sudah dipilih diperlakukan dengan hormat sebagaimana layaknya kepada seorang manusia biasa.

Setelah itu dibakarlah dupa kemenyan sambil dilakukan pembacaan mantera tertentu yang dipercaya bisa menarik arwah bergabung kedalam asap. Lalu asap akan dimasukkan kedalam ujung-ujung bambu. Dalam beberapa adat terkadang ditambah dengan kunyahan pinang sang pawang. Setelah itu ujung-ujung bambu ditutup dengan secarik kain. Arwah sudah masuk.

Diiringi suara musik perkusi bertalu talu, beberapa pemuda akan memegang bambu yang secara ajaib mulai bergerak-gerak sendiri. Gerakannya maju mundur yang kaku tetapi sangat kuat, sehingga terkadang yang memegang bisa sampai jatuh terseret. Pawang yang memegang tempat dupa akan memimpin gerakan ini kesana kemari.

Tarian ini berjalan selama beberapa menit lalu pelan-pelan mereda, sampai akhirnya dihentikan oleh sang Pawang. Siapa saja boleh mencoba Bambu Gila. Bahkan anak kecil sekalipun. Dengan pengawasan Pawang tentunya!

Ma’nene, Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Orang Tana Toraja percaya bahwa, saat seseorang meninggal, arwahnya tetap terkait dengan jasadnya. Dan jika diawetkan dengan baik, arwah leluhur akan terus menjaga dan mengawasi anak keturunan mereka. Sehingga mereka mendapatkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidupnya.

Karenanya saat seseorang yang biasanya berkedudukan tinggi dan cukup kaya akan diawetkan jasadnya menggunakan ramuan turun temurun Tana Toraja, dipakaikan busana yang indah lalu disimpan didalam sebuat peti yang kemudian dimasukkan kedalam liang pegunungan batu.

Setiap sekitar tiga tahun sekali, biasanya sebelum masa panen, jasad ini kemudian akan dibersihkan dalam sebuah upacara yang bernama Ma’nene.


Source : Adira.co.id

Para tetua yang dinamakan Tominaa akan memulai dengan membacakan doa dalam bahasa Toraja kuno, untuk memohon izin dan juga menyatukan arwah kedalam jasad. Lalu mayat akan dipindahkan untuk dibersihkan dengan kuas, jika perempuan akan dipakaikan makeup, lalu dipakaikan baju mewah. Lalu mereka akan bersama-sama berpesta dengan anak cucunya.

Pesta dimulai dengan arak-arakan keliling desa, lalu disemayamkan di sebuah rumah. Terkadang jasad malah bisa berdiri tegak sendiri secara ajaib, tetapi kebanyakan ditegakkan lalu dipertemukan dengan semua anggota keluarga termasuk anggota keluarga yang baru lahir atau baru bergabung karena ikatan perkawinan. Dengan demikian semua keturunan akan tetap memiliki sebuah ikatan keluarga yang kuat.

Sepanjang pesta ini jasad sang leluhur diperlalukan sebagai mana layaknya manusia biasa. Diajak bercakap-cakap, bahkan ada yang berselfie ria dengan mereka.

Setelah pesta selesai, jasad kembali dimasukkan kedalam peti, lalu dilengkapi dengan berbagai benda pribadi yang dianggap bisa mereka gunakan kelak, kaca mata, baju ganti, kain, dan sebagainya. Setelah itu kembali dimasukkan ke liang gua dipengunungan, menunggu saat Ma’nene berikutnya.

Tarian Kuda Lumping, Jawa
Tarian yang di Jawa lebih dikenal sebagai Jathilan atau Jaran Kepang ini dilakukan biasanya sekumpulan pemuda pemudi yang menunggangi anyaman bambu atau kayu yang dibuat berbentuk kuda. Menjadi simbol dari semangat perjuangan dan kekuatan militer melalui gerakan-gerakan tarian yang mirip dengan gerakan prajurit bertempur sambil menunggang kuda.

Source : Wikipedia.id
Sebetulnya tujuan utama tarian ini tidak untuk memanggil arwah. Dipercaya, arwah datang justru karena ingin melihat tarian ini dan bergabung dengan jasad para penari. Ini dibuktikan dengan mendadak sang penari akan melakukan hal-hal diluar kebiasaan. Seperti memakan beling, menyayat tangan dengan golok tapi tidak berdarah, tidak merasa sakit saat dicambuk.

Adalah Warok yang mengendalikan semua gerakan tarian sehingga kesurupan tidak menyebar kemana-mana dan malah merusak. Pakaian warok sangat khas, yaitu baju hitam hitam dengan pakaian garis merah. Mereka juga memakai kumis yang luar biasa tebal.

Tarian Kuda Lumping biasanya terdiri dari 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri. Dalam tarian Buto Lawas, yang dilakukan khusus oleh lelaki, kesurupan terjadi. Bahkan penontonpun dikatakan bisa ikut kesurupan dalam fragmen ini.

Setelah itu barulah penari perempuan bergabung dalam tari Senterewe, yang perlahan lahan menurunkan intensitas kesurupan dan akhirnya ditutup dengan tarian Begon Putri yang menenangkan.

Tarian Kuda Lumping punya jangkauan wilayah penggemar yang cukup luas, bahkan diluar Pulau jawa. Mulai dari di Sumatera Utara, Malaysia, Hong Kong sampai Jepang dan Amerika

Ngangkid, Bali
*Ngangkid bisa berarti berbeda untuk wilayah Bali yang berbeda.
Orang Bali tradisional percaya bahwa jasad orang yang sudah meninggal haruslah di bakar baik melalui RitualNgaben. Tetapi Ngaben adalah prosesi yang sangat mahal dan harus mengikuti hari baik, sehingga terkadang ada juga yang tidak sanggup membayarnya atau meninggal pada saat ngaben sedang dilarang dilakukan sehingga akhirnya dikubur biasa.

Mereka yang sudah terlanjur dikubur pada waktunya tetap harus mengikuti prosesi Ngaben. Misalnya setelah anak cucu mereka sudah punya cukup dana untuk melakukan prosesi tersebut atau saat ada Ngaben Massal.

Ngangkid adalah sebuah prosesi pembangkitan arwah yang sudah meninggal, untuk kemudian dipersiapkan secara simbolis mengikuti Ngaben. Dengan demikian lengkaplah sudah kewajiban terhadap mereka yang sudah meninggal sehingga mereka bisa bereinkarnasi kembali.

Umumnya Ngangkid diadakan tiga hari sebelum Ritual Ngaben. Tetapi Ngangkid bisa jadi berbeda untuk setiap desa di Bali.

Sanggah Urip  sedang dipangku oleh keturunan Jenazah. Source : Radar Malang. id

Pertama-tama Arwah atau Atma akan dipanggil lebih dahulu lewat Ngeplugin, agar tahu jalan pulang. Atma kemudian dilekatkan kepada sebuah medium yang bernama Sanggah Urip yang merupakan Bokoran yang berisi Kayu tipis bergambarkan tubuh m anusia, uang kepeng, benang bali dan ranting daun dadap bercabang tiga.

Dipercaya dalam sanggah urip ini lah sekarang Arwah berada. Karena belum Ngaben, maka sang arwah diperlakukan selayaknya manusia hidup, diajak ngobrol basa basi, diberikan penganan. Setelah itu dianggap Arwah jatuh sakit dan meninggal sekali lagi.

Barulah diberikan pengumuman kepada seluruh warga, bahwa si Arwah sudah meninggal. Setelah itu arwah yang disimbolkan kemudian dipersiapkan, dibersihkan, dimandikan dan dihiasi agar selanjutnya bisa melanjutkan ke Ritual Ngaben.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manga Bela Diri Jadul Favorit

Yakuza, Organisasi Kriminal yang Menjaga Etika

Seri 12 Dewa Olympus 6 : Apollo, Dewa Tampan Serba Bisa