|
Pixabay/Shopping |
Tidak sulit jatuh kedalam jebakan menjadi shopaholic alias orang yang kecanduan belanja, jika anda tinggal di kota yang hiburan utamanya adalah jalan-jalan ke Mall. Terutama jika Anda punya kartu kredit dan akses pinjam uang tanpa jaminan.
Proses menyiapkan diri untuk pergi berbelanja, memilih-milih barang dan akhirnya mendapatkan barang, adalah hal yang dirasakan sangat menyenangkan bagi kebanyakan orang. Tapi seorang shopaholic akan sangat depresi dan tertekan saat tidak bisa berbelanja, sekalipun sebetulnya barang tersebut sama sekali dia tidak perlukan. Hidupnya akan terasa tidak berharga.
Melihat iklan di majalah maupun feed di instagram, rasanya seperti seorang yang jatuh cinta mendalam pada pandangan pertama, dan merasa HARUS mendapatkannya. Bahkan sekedar sepatu murahan terasa indah memanggil-manggil untuk dibeli. Dengan kemudahan belanja online dan kartu kredit, tahu-tahu si Shopaholic sudah memesan barang tersebut.
Syukur kalau punya uang. Tapi jika tidak? Munculah masalah yang besar. Misalnya sampai tertimbun dalam hutang akibat belanja dengan kartu kredit. Kartu yang tidak memberi warning bahwa sebetulnya Anda tidak punya uang untuk belanja hal-hal yang tidak perlu.
Dampaknya bisa jauh lebih luas daripada seorang individual saja. Ada istri yang akhirnya menceraikan suaminya karena tidak bisa memenuhi nafsu belanjanya. Juga ada keluarga yang hidup bagai melarat, karena sang kepala rumah tangga terus belanja barang-barang yang tidak mereka perlukan.
Meskipun wanita sering dituduh sebagai penderita shopaholic terbanyak, karena mereka yang jelas-jelas terlihat rajin belanja. Ternyata jumlah penderita shopaholic, atau bahasa kerennya
Oniomania, cukup imbang antara pria dan wanita. Bahkan dalam sebuah survey di Inggris ditemukan bahwa, pria menghabisakan uang jauh lebih banyak ketimbang wanita untuk belanja dadakan. Ini karena setidaknya wanita cukup rajin untuk mencari diskon, dan alternatif barang yang lebih murah.
Jadi apa bedanya shopaholic dengan tukang belanja biasa? Cek hal berikut ini :
- Dirumah ada barang-barang yang tidak dipakai atau hanya dipakai sekali saja. Semua menumpuk begitu saja. Bahkan beberapa masih ada label harganya.
- Membeli barang-barang yang sebetulnya tidak diperlukan. Bahkan saat sebetulnya tidak ada uang untuk belanja.
- Setiap kali mulai muncul keinginan untuk belanja, cenderung cari gara-gara dengan orang lain.
- Karena saat emosi naik, lalu berbelanja, setelah itu timbul perasaan luar biasa relaks dan bahagia.
- Tapi setelah itu timbul perasaan luar biasa menyesal, bahkan malu. Karena sudah menghabiskan uang yang kadang diperlukan untuk kebutuhan anak atau istri. Atau menghabiskan uang pinjaman yang entah bagaimana cara membayarnya.
- Jadi akhirnya barang-barang yang sudah terlanjur dibeli ditutup-tutupi, agar tidak ketahuan orang. Malu.
- Akhirnya jadi matre kelas berat. Yang dipikir hanya duit, duit dan duiit melulu. Karena ada duit, maka bisa belanja barang-barang yang sebetulnya tidak perlu sama sekali untuk dibeli.
Kecanduan belanja kelas berat adalah masalah serius yang perlu ditangani oleh Psikolog untuk menyembuhkannya. Biasanya memang ada masalah serius yang menyebabkan orang tanpa sadar ingin belanja terus terusan. Misalnya harga diri yang rendah, rasa takut berlebihan, kesepian, dan sebagainya.
Tetapi bagi mereka yang masih dalam spektrum ringan kecanduan belanja, dan ingin sembuh, mungkin langkah-langkah berikut bisa digunakan :
1. JANGAN PERNAH MEMINJAM UANG ATAU PAKAI CREDIT CARD! Ini hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar-tawar.
2. Hanya beli barang secara cash. Atau dengan debit card khusus yg sudah diisi dalam jumlah tertentu. Simpan sisa uang dibank terpisah dan jangan ambil debit card dari bank tersebut.
3. Telusuri setiap sen yang pernah anda habiskan. Biasanya dengan demikian terlihat pola saat anda membeli barang-barang yang tidak berguna.
4. Bagi yang muslim, katakan berulang-ulang pada diri sendiri :
Mubazir itu dosa. Mubazir itu dosa. Mubazir itu dosa. Dengan demikian, mudah-mudahan tersugesti dalam pikiran untuk tidak membuang-buang uang percuma.
5. Buat goal yang besar sekalian. Jadi saat ingin belanja, bisa membelokkan fokus kearah sana. Misalnya, ingin sekali membeli rumah, cash. Atau ingin agar anak sekolah ditempat yang bagus.
6. Jangan pergi ke mall dan persulit akses ke pada online shopping. Kalau pun pergi ke mall,
pakailah pakaian paling butut, supaya dijudesin oleh SPG, Kasir dan Satpam. Sehingga timbul rasa malas belanja disana.
7. Pinjam barang serupa dengan yang mau dibeli. Jika memang terasa hidup lebih mudah saat barang tersebut dipakai, dan memang ada uangnya, barulah dibeli.
8. Minta dukungan teman, saudara, orang tua, pasangan bahkan pergi ke psikiater atau psikolog untuk mendapatkan pertolongan.
Tidak mudah memang untuk sembuh dari shopaholic. Saat berjuang untuk mengendalikan diri, terkadang sekali dua kali akan tergelincir. Jangan menyerah. Kembali lagi kelangkah semula, coba lagi setiap hari. Semoga lama-lama akan berhasil.
Selamat mencoba!
Komentar
Posting Komentar